Bisnis.com, JAKARTA — Bisnis gadai disebut-sebut menjadi salah satu jenis usaha yang mengalami kenaikan signifikan di tengah kondisi pandemi Covid-19. Apakah benar demikian?
“Banyak yang mengira Pegadaian booming saat Covid-19. Padahal tidak,” ujar Direktur Utama PT Pegadaian (Persero) Kuswiyoto dalam acara pertemuan virtual dengan pemimpin redaksi media massa, Rabu (17/6/2020).
Kuswiyoto menyebut terdapat tiga hal yang menggambarkan kondisi bisnis gadai saat ini.
Pertama, rata-rata nasabah saat ini menjual barangnya, bukan menggadai.
“Kalau kita gadai barang, proyeksinya kita pasti akan menebus barang itu. Kalau enggak bisa menebus, kita akan menjual. Nah, yang terjadi sekarang rata-rata menjual,” ujar Kuswiyoto.
Kedua, momentum kenaikan harga emas dimanfaatkan oleh para nasabah untuk menebus emas di Pegadaian. Emas yang ditebus itu kemudian dijual kembali, untuk mendapatkan keuntungan dari selisih harga emas dan harga tebus.
“Ini yang terjadi sekarang ini. Mereka jual barang gadai, dengan cara ditebus dulu baru kemudian dijual,” ujarnya.
Ketiga, kebutuhan perhiasan yang tinggi pada masa lebaran belum lama ini membuat banyak nasabah yang menebus perhiasan di Pegadaian. Berbeda dengan faktor pertama dan kedua yang menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Pegadaian, Kuswiyoto mengakui bahwa tidak begitu khawatir dengan faktor ketiga.
Pasalnya, nasabah kategori ketiga tersebut biasanya akan kembali menggadaikan barangnya setelah masa lebaran usai. Sedangkan dua kondisi lainnya dikhawatirkan terus terjadi selama pandemi melanda Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel