Kemenperin Tutup Keran Penambahan Bahan Baku Obat Covid-19

Bisnis.com,18 Jun 2020, 18:49 WIB
Penulis: Andi M. Arief
Obat Hydroxychloroquine./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan tidak akan meningkatkan ketersediaan bahan baku obat terapi virus corona atau Covid-19.

Plt Direktur Industri Farmasi Kemenperin Adi Rochmanto mengatakan pihaknya hanya akan menjaga ketersediaan bahan baku obat terapi Covid-19 sesuai dengan permintaanya.

Pasalnya, menurutnya, kelebihan produksi dapat menjadi potensi masalah baru jika kapasitas produksi melebihi permintaan.

"Contoh soal chloroquine, sekarang ada sekitar 2 juta tablet teronggok di gudang. Ini harus hati-hati. Jangan berlomba-lomba produksi ternyata tidak diserap," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (18/6/2020).

Adi menyampaikan pihaknya terus memonitor ketersediaan bahan baku obat terapi Covid-19 di gudang-gudang industri. Berdasarkan laporan pabrikan, ujar Adi, ketersediaan bahan baku obat Covid-19 masih cukup.

Adapun, Adi menyatakan pihaknya sudah melakukan kerja sama antar pemerintah (goverment-to-goverment/G2G) dengan negara penghasil bahan baku obat (BBO) seperti India dan China.

Namun demikain, menurutnya, kompetisi untuk mendapatkan BBO Covid-19 cukup sulit lantaran negara produsen dan lnegara lainnya membutuhkan hal yang sama.

Seperti diketahui, Badan Pengawas Obat dan Makanan telah menerbitkan informatorium obat terapi Covid-19. Dalam daftar tersebut, terdapat 12 jenis obat yang diproduksi oleh 113 pabrikan farmasi nasional.

Adapun, obat-obatan tersebut dapat ditemukan dalam 614 obat bermerek dan 232 obat generik. Selama Januari-Mei 2020, telah ada 48 permohonon nomor izin edar (NIE) kepada BPOM terakit penerbitan 12 obat tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: David Eka Issetiabudi
Terkini