BI Pangkas Suku Bunga, IHSG Mendadak Ditutup Anjlok 1,25 Persen

Bisnis.com,18 Jun 2020, 15:02 WIB
Penulis: Lorenzo A. Mahardika dan Feni Freycinatia
Karyawati beraktivitas di depan patung banteng di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mendarat di zona merah pada akhir perdagangan hari ini, Kamis (18/6/2020).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG menyentuh level 4.925,25 dengan koreksi 62,54 poin atau 1,25 persen pada akhir sesi II dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Rabu (17/6/2020), IHSG mampu bertahan di zona hijau dan berakhir di level 4.987,478 dengan kenaikan tipis 0,03 persen atau 1,32 poin, kenaikan hari kedua berturut-turut.

Samuel Sekuritas melalui publikasi riset harian menyampaikan pasar saat ini tengah menantikan rilis keputusan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate (7DRRR), dengan konsensus 4,25 persen, setelah dipertahankan di 4,50 persen pada RDG BI Mei 2020.

“Data tersebut berpotensi menggerakkan IHSG terutama sektor perbankan dan properti apabila terjadi pemangkasan sebesar 25 basis poin sesuai ekspektasi pasar,” tulisnya.

Tim analis menilai sentimen domestik yaitu Rapat Dewan Gubernur BI pada siang ini akan lebih mendominasi pergerakan market.

Sementara itu, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juni 2020 memutuskan untuk memangkas BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen.

Dengan keputusan tersebut, suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 3,50 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,00 persen.

Keputusan RDG tersebut sesuai dengan konsensus yang dikumpulkan Bloomberg memperlihatkan sebanyak 15 ekonom memperkirakan BI akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps).

Sebelumnya, BI telah menyampaikan bahwa ruang pemangkasan suku bunga masih terbuka lebar di tengah rendahnya tekanan inflasi dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama pada tahun 2020.

Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bank sentral masih melihat peluang penurunan suku bunga acuan seiring rendahnya tekanan inflasi, defisit transaksi berjalan dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama pada tahun 2020.

"Keputusan ini konsisten menjaga stabilitas ekonomi mendorong pemulihan ekonomi di era Covid-19," tegas Perry dalam paparan hasil RDG, Jumat (18/6/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini