Bank BJB Ambil Alih Rp1,5 Triliun Aset Bank Banten, Jadi Merger?

Bisnis.com,18 Jun 2020, 09:31 WIB
Penulis: Ni Putu Eka Wiratmini
Karyawati melayani nasabah di PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. (Bank BJB) Kantor Cabang Utama Bandung, Jawa Barat, Rabu (20/6/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) belum menyelesaikan due diligence atau uji tuntas terkait rencana penggabungan usaha PT BPD Banten Tbk. (BEKS) ke perseroan. Namun, Bank BJB diketahui telah membeli aset milik Bank Banten.

Sebelumnya, Letter of Intent (LOI) terkait penggabungan usaha atau merger Bank Banten ke Bank BJB telah dilakukan oleh Gubernur Banten Wahidin Halim selaku Pemegang Saham Pengendali Terakhir Bank Banten dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil selaku Pemegang Saham Pengendali Terakhir Bank BJB pada 23 April 2020 lalu.

Menurut jadwal, seharusnya, proses uji tuntas untuk untuk mengukur risiko bisnis rencana penggabungan tersebut selesai dilakukan pada Rabu (17/6/2020).

Komisaris Bank BJB Eddy Iskandar Muda Nasution mengatakan proses due diligence belum selesai dilakukan. Hingga saat ini, proses merger masih menunggu uji tuntas yang akan dibawa ke Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

"Merger masih menunggu proses due diligence yang akan dibawa ke RUPS," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (17/6/2020) malam.

Menurut informasi yang Bisnis terima, Bank BJB telah bersepakat untuk mengambil alih aset kredit Bank Banten yang senilai Rp1,5 triliun dari utang piutang Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemprov Banten. Kabar terakhir, asset sale tersebut baru dihargai 60 persen oleh Bank BJB atau sekitar Rp800 miliar-Rp900 miliar.

Saat ditanya mengenai transaksi ini Iskandar mengaku tidak mengetahui detilnya. "Belum [selesai transaksi] tanya saja ke direksi," katanya.

Adapun pada kuartal I/2020, Bank Banten membukukan kerugian senilai Rp31,866 miliar atau turun Rp23,929 miliar dibandingkan dengan posisi periode sama tahun lalu yang senilai Rp55,795 miliar.

Perlu dicatat, kerugian Bank Banten pada posisi akhir 2016 tercatat senilai Rp414,940 miliar. Kemudian jumlah kerugian bisa ditekan menjadi Rp76,22 miliar pada akhir 2017.  Namun, pada akhir 2018, jumlah kerugian kembali meningkat menjadi Rp94,960 miliar. Pada posisi akhir 2019, nilai kerugian Bank Banten adalah Rp143,865 miliar.

Sebelumnya, Direktur Utama BPD Banten Fahmi Bagus Mahesa mengatakan secara garis besar kondisi keuangan perusahaan sudah mulai membaik. Bahkan, aset tercatat bertumbuh dari senilai Rp5,251 triliun pada 2016 menjadi Rp8,097 triliun pada akhir 2019.

Pembukuan terbaru, aset Bank Banten pada kuartal I/2020 adalah senilai Rp8,1 triliun atau tumbuh 0,1% dibandingkan posisi akhir tahun lalu (year to date/ytd). Secara tahunan, aset tercatat turun 3,1% (year on year/yoy).

Selain itu, dana pihak ketiga tercatat turun hingga 15,4% yoy menjadi Rp5,431 triliun. Penurunan terjadi hampir pada semua jenis simpanan, kecuali tabungan yang tetap naik 15,1%.

Penyaluran kredit tercatat tumbuh tipis pada kuartal I/2020 sebesar 1,5% yoy. Penyumbang pertumbuhan kredit terbesar datang dari kredit konsumer dan UMKM yang masing-masing tumbuh 12,5% dan 29,2% yoy. Sebaliknya, kredit komersial dan ex. pundi dan eksekutif masing-masing turun 15,2% yoy dan 9,3% yoy.

Bank Banten mencatat penurunan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada kuartal I/2020 menjadi 5,04% (gross) dan 4,15% (nett).

"Secara garis besar kami sudah mulai membaik, daripada saat 2016 dan 2017, kami sebetulnya terus meningkat dari aset Rp5 triliun menjadi Rp8 triliun," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini