Pelaksanaan QRIS Hadapi Tantangan di Masa Pandemi

Bisnis.com,21 Jun 2020, 12:54 WIB
Penulis: Ni Putu Eka Wiratmini
Petugas Bank Indonesia (BI) Tegal mempraktekkan cara melakukan pembayaran melalui aplikasi uang elektronik server based, dompet elektronik dan mobile banking saat peluncuran dan implementasi QR Code Indonesian Standard (QRIS) untuk desa wisata di Pasar Slumpring, Desa Cempaka, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Minggu (16/2/2019). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Bisnis.com, JAKARTA -- Target pemerintah untuk mendorong transaki nontunai yang salah satunya melalui metode pengaplikasian standar nasional kode respons cepat atau quick response code Indonesia standard (QRIS) mendapat tantangan di tengah pandemi Covid-19.

PT Bank Central Asia Tbk. menilai adanya pembatasan sosial skala besar telah berdampak pada berkurangnya transaksi fisik sehingga ikut mempengaruhi layanan dengan metode QRIS. Hingga Mei 2020, transaksi QRIS BCA tercatat senilai Rp47 miliar dengan jumlah merchant sebanyak 172.000.

Direktur BCA Santoso Liem mengatakan sejauh ini transaksi QRIS memang mengalami peningkatan. Namun, perbandingan volume transaksi QRIS dengan chip terpasang masih kecil.

"Mungkin karena banyak merchant tidak beroperasi jadi petugas kami tidak bisa bertemu dengan pengelola atau kasir merchant. Semoga kembali normal sehingga implementasi QRIS berjalan lancar," katanya kepada Bisnis, Jumat (19/6/2020).

Menurutnya, saat ini BCA sudah memiliki lebih dari 480.000 mesin EDC dan juga QR Static. Lantaran demikian, dalam pengembangan QRIS, pada prinsipnya tinggal melengkapi mesin yang ada tetapi mesin yang sudah berumur panjang perlu pembaharuan.

"Tentunya implementasi ini akan terus berjalan untuk melengkapi kemampuan QRIS pada EDC kami," katanya.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mencatat hingga saat ini terdapat lebih dari 100.000 merchant yang telah mengadopsi QRIS. Saat ini, Bank Mandiri berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan BUMN lain sesuai dengan kerja sama perseroan dan LinkAja.

SVP Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi mengatakan selama pandemi, kegiatan operasional berupa transaksi maupun aktivitas akuisisi merchant QRIS menghadapi tantangan lebih karena keterbatasan ruang gerak.

Namun, saat ini berbagai sarana baru digunakan untuk melakukan percepatan adopsi di merchant baik sosialisasi melalui media sosial hingga meeting secara online.

"Saat ini Bank Mandiri fokus pada peralihan transaksi konvensional menjadi digital khususnya penerimaan transaksi di sektor UMKM, ekosistem dan agen branchless banking," katanya.

Menurutnya, QRIS bisa menjadi salah satu solusi metode pembayaran baru untuk merchant karena transaksi dapat dilakukan secara cepat, terhindar resiko uang palsu, membangun credit profile, dan manfaat lainnya.

"Apalagi merchant mikro hingga September 2020 tidak dikenakan biaya MDR [merchant discount rate]," katanya.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan dengan pembatasan aktivitas sosial ekonomi dan menurunnya transaksi face to face, pelaksanaan QRIS berpotensi mengalami hambatan. Namunm, hal tersebut merupakan hal yang wajar, bukan merupakan cerminan kinerja yang buruk.

Menurutnya, lantaran hal tersebut, mendorong pertambahan merchant QRIS justru tidak akan efektif.

"Yang seharusnya dilakukan adalah penyesuaian target timeline pelaksanaan QRIS akibat adanya wabah Covid-19," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Annisa Sulistyo Rini
Terkini