Bursa Asia Berfluktuasi, IHSG Menguat Tipis Akhir Sesi I

Bisnis.com,22 Jun 2020, 12:18 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Karyawan beraktivitas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (28/5/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tertus berfluktuasi hingga akhir perdagangan sesi I hari ini, Senin (22/6/2020).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IHSG menguat 0,02 persen atau 0,93 poin ke level 4.943,21 pada akhir sesi I, setelah sempat berfluktuasi dalam kisaran kisaran 4.937,51-4.957,67.

Pada perdagangan Jumat (19/6/2020), IHSG ditutup di level 4.942,27 dengan penguatan sebesar 0,35 persen atau 17,03 poin.

Indeks sebelumnya sempat dibuka di zona hijau dengan penguatan 0,26 persen atau 13,04 poin ke level 4.955,31. Tercatat 180 saham menguat, 201 saham melemah, dan 154 saham stagnan.

Sebanyak 4 dari 9 sektor dalam IHSG bergerak negatif, dipimpin sektor infrastruktur yang melemah 0,86 persen. Adapun sektor pertanian memimpin penguatan dengan apresiasi 2,54 persen.

Hingga akhir sesi I, volume perdagangan saham IHSG mencapai 3,29 miliar lembar saham, dengan nilai mencapai Rp2,68 triliun. Sementara itu, investor asing mencatat net sell senilai Rp16,63 miliar.

Sementara itu, pergerakan bursa saham di Asia bervariatif. Indeks Topix dan Nikkei 225 menguat masing-masing 0,21 persen dan 0,33 persen, sedangkan indeks Shanghai Composite menguat 0,28 persen.

Di sisi lain, indeks Hang Seng melemah 0,32 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan melemah0,41 persen siang ini.

Dilansir Bloomberg, Bursa Asia mengawali perdagangan pekan ini di zona merah menyusul terkoreksinya kontrak berjangka Amerika Serikat.

Bloomberg mencatat kontrak berjangka atau futures S&P 500 turun 0,5 persen, Senin (22/6/2020). Koreksi itu sejalan dengan laporan rekor kasus baru di California dan infeksi di Florida yang melonjak lebih dari rerata mingguan.

Global Investment Strategist AMP Capital Investors Ltd Shane Oliver mengatakan pasar saham secara teknis overbought dan rentan terhadap koreksi atau periode konsolidasi lebih lanjut. Akan tetapi, pihaknya menilai kondisi itu sebagai rehat dari tren reli.

“Gelombang kasus coronavirus juga terus berlanjut,” ujarnya dilansir melalui Bloomberg, Senin (22/6/2020).

Pasar masih dinilai rentan seiring dengan langkah pemerintah di sejumlah negara secara bertahap mulai mengurangi lockdown dan pembatasan perjalanan. Langkah itu harus ditempuh untuk menghidupkan kembali perekonomian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini