Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perbankan big caps diperkirakan akan mengalami penurunan kinerja pada akhir kuartal II/2020, tetapi diperkirakan akan kembali bangkit seiring dengan skenario pemulihan ekonomi pada kuartal selanjutnya.
Vice President Artha Sekuritas Frederik Rasali menilai penurunan kinerja pada kuartal II/2020 sangat sulit dihindari oleh emiten perbankan. Menurutnya, meningkatnya restrukturisasi kredit secara signifikan akan menjadi penekan utama.
“Perbankan mencatatkan peningkatan jumlah restrukturisasi kredit secara signifikan yang artinya pendapatan dari existing loan menurun. Penyaluran kredit pada kuartal II juga seharusnya melambat karena risiko masih tinggi,” katanya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Kendati demikian, dia mengatakan bahwa dalam jangka panjang, kinerja perbankan diperkirakan akan ikut membaik seiring dengan pemulihan ekonomi yang terjadi di Indonesia.
Jika pemulihan terjadi pada kuartal III/2020 seiring kembali bergulirnya ekonomi, maka kinerja perbankan juga diperkirakan ikut membaik. Namun, dia juga mewanti-wanti bahwa risiko dari penyebaran Covid-19 lebih tinggi saat memasuki fase tersebut.
Sementara itu, dari pergerakan harga sahamnya di pasar, dia menilai saham perbankan saat ini masih bergerak dalam volatilitas tinggi. Hal ini terjadi karena kondisi keuangan global masih sangat fluktuatif.
“Kondisi keuangan global masih sangat fluktuatif yang tentunya mempengaruhi keputusan investasi dari investor asing. Sementara itu, dari investor domestik masih banyak yang menahan cash dan cenderung konservatif,” ujarnya.
Menurutnya dengan berbagai pertimbangan tersebut, dia memilih saham PT Bank Central Asia Tbk. sebagai pilihan utama di antara saham perbankan berkapitalisasi jumbo.
Dia menilai emiten berkode saham BBCA itu masih memiliki likuiditas yang cukup longgar dan kualitas aset kredit yang baik. Dua faktor ini, lanjutnya, akan menjadi modal kuat untuk BCA memperbaiki kinerja lebih cepat dibandingkan bank lain ketika ekonomi mulai pulih.
“Likuiditasnya masih cukup besar dan kredit bermasalahnya cukup rendah, artinya kualitas aset masih cukup baik. Maka saat kondisi ekonomi sudah lebih baik, maka BCA ada kesempatan untuk menyalurkan kredit lebih banyak dibandingkan bank lainya,” jelasnya.
Sampai dengan sesi I perdagangan hari ini, saham BBCA ditutup menguat 150 poin atau 0,54 persen ke level Rp28.025 per saham. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,19 persen ke 4.943,21.
IHSG ditutup menguat 0,19 persen pada pada penutupan sesi I. Sejalan dengan itu, penguatan IHSG terjadi bersamaan dengan pergerakan saham-saham perbankan yang masuk ke zona hijau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel