Beroperasi Saat New Normal, Target Investasi Sektor Minerba Sulit Tercapai

Bisnis.com,24 Jun 2020, 19:06 WIB
Penulis: Yanita Petriella
Proses pengapalan batu bara dari conveyor belt ke kapan tongkang./abm-investama.com

Bisnis.com, JAKARTA - Target investasi tambang mineral dan batu bara diperkirakan tak akan tercapai, meski sektor pertambangan menjadi salah satu dari sembilan sektor ekonomi yang dibuka jelang new normal.

Ketua Umum Indonesian Mining & Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengatakan target investasi minerba tahun ini akan sulit tercapai pada level yang diharapkan pemerintah.

"Investor menunggu jawaban kepastian yang jelas, mengingat saat ini lebih pada asumsi setelah Covid-19 terjadi," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (24/6/2020).

Menurutnya, investasi minerba di tengah Pandemi masih tertekan. Investor baru khususnya investasi eksplorasi pasti menunda atas alasan kondisi pasar komoditas pertambangan yang tertekan sampai saat ini.

"Bahkan, recovery pasca pandemi Covid-19 sampai kapan, belum ada yang mampu menjawab pasti. Semua analisis sebatas dijawab atas berbagai asumsi makro," katanya.

Saat ini, perusahaan yang telah berproduksi pun, melakukan langkah yang sama, sebatas menjaga produksi agar tetap berjalan tanpa berupaya melakukan ekspansi apalagi untuk memperbesar fasilitas infrastruktur.

Untuk potensi ekspor batu bara, China masih terlihat cukup menjajikan. Namun untuk India justru tertekan tajam akibat keinginan memanfaatkan batubara di dalam negeri.

"Bahkan, keseluruhan pasar seaborne coal trade jatuh sebesar sekitar 7 persen atau 30.5 juta dalam lima bulan pertama tahun ini," tutur Singgih.

Mengingat hampir 50 persen pasar ekspor batu bara Indonesia untuk tujuan China dan India, tentu terpukulnya impor batu bara India baik untuk blending maupun dipakai langsung PLTU tentu berdampak pada industri pertambangan batubara.

Untuk industri mineral relatif sama tertekan, persepsi manufaktur (PMI) yang rata-rata masih tertekan di bawah 50 persen tentu kebutuhan mineral untuk industri belum sepenuhnya pulih. Demikian juga pasar impor hasil industri oleh China ke berbagai negara lain masih tertekan pandemi Covid-19.

"Karena yang terjadi bukan masalah dibukanya [sektor pertambangan] tetapi kondisi industri yang secara global tertekan baik negara produser maupun konsumer," ucap Singgih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: David Eka Issetiabudi
Terkini