245 Saham Bawa IHSG Ditutup Menguat 1,75 Persen

Bisnis.com,24 Jun 2020, 15:03 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
Karyawati beraktivitas di sekitar grafik pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (4/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA —Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Rabu setelah sebelumnya melemah.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) langsung tancap gas sejak pembukaan perdagangan, Rabu (24/6/2020). Laju indeks menembus level resistance 4.940,593 dan menguat 1,24 persen hingga pukul 09:26 WIB.

Adapun, hingga sesi I, IHSG mampu menanjak 1,81 persen atau 88,25 poin menuju 4.967,38.

Hingga akhir sesi II, IHSG ditutup menguat 1,75 persen atau 85,6 poin menjadi 4.964,73. Sepanjang hari indeks bergerak di rentang 4.879,13 - 4.977,65.

Terpantau 245 saham menguat, 159 saham melemah, dan 164 saham stagnan.

Sementara itu, pergerakan variatif pada bursa Asia yang terjadi sejak pagi tadi terus berlanjut hingga penutupan perdagangan hari ini, Rabu (24/6/2020).

Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu (24/6/2020)indeks Kospi Korea Selatan melanjutkan penguatan sejak pagi tadi dan ditutup menguat 1,42 persen di level 2.161,51. 

Kenaikan juga terjadi pada bursa S&P/ASX200 Australia. Indeks tersebut menutup perdagangan hari ini di level 5.965,700 atau naik tipis 0,19 persen.  

Sementara itu, indeks Topix Jepang tidak mampu beranjak dari zona merah sejak awal perdagangan hari ini dan melemah 0,42 persen di posisi 1.580,50. Indeks Hang Seng Hong Kong turut mengikuti tren negatif Jepang dengan terkoreksi 0,21 persen di level 24.854,24.

Adapun indeks berjangka S&P 500 terpantau datar hingga pukul 15.02 waktu Tokyo, Jepang. Pada perdagangan kemarin, indeks tersebut menguat 0,4 persen.

Salah satu sentimen penggerak saham hari ini adalah kucuran stimulus oleh bank sentral dan pemerintahan negara-negara yang menurut investor dapat memberikan bantalan terhadap dampak negatif pandemi virus corona di sektor perekonomian.

Selain itu, indeks manufaktur (PMI) negara-negara perekonomian besar di dunia juga mulai menunjukkan tren kenaikan sejak Mei lalu.

Investment Strategist di Edward Jones, Nela Richardson mengatakan, kenaikan jumlah kasus positif virus corona tidak selalu berarti negatif apabila pemerintah kembali mengucurkan paket-paket insentif untuk perekonomian.

"Pasar juga merespon cepat kebijakan-kebijakan stimulus daribank sentral ataupun pemerintah yang tidak hanya berasal dari AS, tetapi juga di seluruh dunia," jelasnya.

Sementara itu, ahli penyakit menular AS, Anthony Fauci mengatakan jumlah kasus virus corona akan tetap meningkat bila melihat pola penyebaran di wilayah Sun Belt AS.

Adapun di Jerman, pemerintah setempat menutup sebuah kota setelah sebanyak 1.553 pekerja di pabrik daging setempat treinfeksi virus corona.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini