Bisnis.com, JAKARTA — Rokok putih atau mild pada dekade 1980-an terus kehilangan pasar di tengah masyarakat. Akibatnya, para produsen pada era itu terpaksa menutup pabrik yang ada untuk efisiensi biaya. Ini berkebalikan dengan saat ini, di mana rokok dengan penyaring, menjadi penggerak utama penjualan.
Tekanan kepada perusahaan rokok putih pada 1989 tergambar dalam keputusan PT British American Tobacco (BAT) Indonesia Tbk., sebuah perusahaan yang pernah merajai pemasaran rokok putih di Indonesia untuk menutup salah satu pabrik. Tepatnya yang berada di Semarang. Langkah ini harus dilakukan seiring perubahan selera konsumen. Produk rokok putih era itu semakin ditinggal penggemarnya sehingga menyisakan pangsa pasar yang sempit.
Efektif per 1 Juli 1989, PT BAT memutuskan menghentikan pabriknya di Semarang. Kala itu, memang persaingan rokok putih dan rokok kretek tidak seimbang. Rokok kretek rata-rata tumbuh 10,76 persen setahun, sedangkan rokok putih turun 5,68 persen dalam periode yang sama. Pada 1988, dari total produksi 130,9 miliar batang rokok, sebanyak 79,81 persen di antaranya adalah rokok kretek.