Kasus Positif Covid-19 Melonjak, Pasar Asia Terkoreksi

Bisnis.com,25 Jun 2020, 08:12 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
Tokyo Stock Exchange./Bloomberg

Bisnis.com,JAKARTA — Bursa Asia dibuka melemah mengikuti pergerakan bursa Amerika Serikat menyusul meningkatnya kekhawatiran terhadap lonjakan kasus positif virus corona pada sejumlah negara bagian di AS.

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (25/6/2020), indeks Kospi Korea Selatan dibuka terkoreksi sebesar 1,7 persen disusul oleh bursa Topix Jepang turun 1 persen Sementara itu, indeks S&P/ASX200 Australia juga melemah 0,5 persen setelah indeks berjangka S&P 500 anjlok 2,6 persen.

Salah satu sentimen pemberat pergerakan saham hari ini kekhawatiran investor terhadap kenaikan kasus positif virus corona di sejumlah negara. Hal tersebut dapat membuat pemerintah negara memperlambat atau bahkan membatalkan pembukaan kembali kegiatan ekonomi.

Selain itu, muncul potensi adanya ketegangan di sektor perdagangan antara Uni Eropa dengan Amerika Serikat. Pemerintah AS mempertimbangkan untuk memberi tarif sebesar US$3,1 miliar untuk ekspor barang dari Perancis, Jerman, Spanyol, dan Inggris.

Pada saat yang sama, AS juga berencana untuk menetapkan tarif ekspor  baru kepada barang ekspor lain seperti zaitun, bir, dan truk serta menambah bea masuk untuk barang lain seperti pesawat, keju, dan yogurt. Di sisi lain, Uni Eropa berencana untuk melarang turis asal AS masuk ke negara-negara anggotanya.

Portfolio Manager di Wells Fargo Asset Management, Margie Patel mengatakan, pasar saham kembali merasakan sentimen negatif virus corona yang berpotensi memperlambat proses pembukaan kegiatan ekonomi dan menekan pergerakan saham.

"Pergerakan positif yang berlangsung sejak akhir Maret lalu sepertinya memang harus terkontraksi selama beberapa waktu," katanya.

Sementara itu, International Monetary Fund (IMF) telah merevisi outlook perekonomian dunia dan memperkirakan resesi akan kian dalam dan pemulihan yang berjalan lebih lama dari perkiraan sebelumnya.

Berikut adalah pergerakan pasar lainnya:

Mata Uang

Obligasi

Komoditas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini