Bisnis.com, PEKANBARU – Saham-saham empat perbankan BUMN parkir di zona merah pada akhir perdagangan sesi I hari ini. Padahal, Kementerian Keuangan baru saja mengumumkan suntikan likuiditas senilai Rp30 triliun kepada Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BTN, dan Bank BNI.
Pada sesi I hari ini, saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) melemah 3,30%, saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) turun 2,95%, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) susut 1,28%, dan saham PT Bank Tabungan Indonesia Tbk. (BBTN) terdepresiasi 1,23%.
PT Indo Premier Sekuritas mempertahankan rekomendasi netral untuk saham-saham perbankan setelah Kementerian Keuangan memberikan stimulus Rp30 triliun ke bank himpunan milik negara (Himbara).
Jovent Muliadi, Head of Research Indo Premier Sekuritas, menuliskan dalam risetnya tertanggal 24 Juni 2020 bahwa stimulus tersebut merupakan perkembangan paling positif bagi industri perbankan.
Namun, setimulus yang akan diberikan senilai Rp10 triliun masing-masing ke Bank BRI dan Bank Mandiri selanjutnya Rp5 triliun masing-masing untuk Bank BNI dan Bank BTN tersebut dinilai tak cukup dibandingkan nilai restrukturisasi yang diproses bank.
“Empat bank BUMN mungkin butuh likuiditas senilai Rp150 triliun, besar sekali bahkan kalau stimulus kali ini diberikan 3 kali [menjadi Rp90 triliun], yang mana menurut kami juga tidak mungkin,” tulis Jovent, seperti dikutip pada Rabu (25/6/2020).
Per Mei 2020, ke-empat bank pelat merah tersebut telah merestrukturisasi pinjaman senilai Rp490 triliun. Sementara itu, lanjut Jovent, perbankan juga masih harus menyisihkan modal kerja senilai 25%-30% dari nilai pinjaman awalnya untuk melanjutkan operasional.
“Angka kami untuk 4 perbankan BUMN adalah 37%-64% di bawah konsensus yang mencerminkan risiko penurunan pendapatan,” tulis Jovent.
Lebih lanjut, Jovent menilai penempatan uang negara senilai Rp30 triliun ke bank BUMN dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui PMK No.70/2020 tersebut lebih simpel dan langsung ketimbang regulasi sebelumnya seperti PP No.23 dan PP No.64.
Adapun suntikan dana tersebut memperlihatkan komitmen pemerintah untuk membantu likuiditas perbankan untuk memulihkan ekonomi pascarestrukturisasi.
Selain itu, kemungkinan dilusi merger dan akuisisi dari bank pelat merah pun menjadi berkurang. Pasalnya, Menkeu Sri Mulyani telah menegaskan bahwa suntikan likuiditas ini dimaksudkan untuk segera disalurkan menjadi pinjaman ke sektor riil.
Selanjutnya, stimulus ini dapat disalurkan ke bank komersil yang setidaknya memiliki tingkat kesehatan di level 3 dan mayoritas kepemilikannya tidak dimiliki oleh asing.
Adapun, dana suntikan likuiditas tersebut juga tidak boleh digunakan bank untuk membeli obligasi pemerintah maupun valuta asing.
Hal tersebut, kata Jovent, seharusnya mengurangi kekhawatiran penyaluran kredit ke bank yang bermasalah.
Head ETF Desk Indo Premier Sekuritas Alexander Salim menambahkan sektor perbankan masih menarik karena saat ini diperdagangkan pada valuasi yang menarik sebesar 1,5 kali P/BV.
Produk reksa dana ETF (exchange-traded fund) yang berbasis saham-saham perbankan pun masih direkomendasikan seperti XIML (MSCI Indo Large Cap), XISR (SriKehati), XIPI (Pefindo I-Grade), dan XIIF (Indo Financial).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel