Keadaan Darurat Dicabut, Output Industri Jepang Masih Melemah

Bisnis.com,30 Jun 2020, 09:43 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho
Aktivitas di pabrik mobil Toyota di Jepang. ANTARA/Toyota

Bisnis.com, JAKARTA – Output industri Jepang kembali turun pada bulan Mei bahkan setelah keadaan darurat nasional dicabut, sedangkan tingkat pengangguran masih terus meningkat.

Dilansir dari Bloomberg, Kementerian Ekonomi melaporkan pada Selasa (30/6/2020) output industri turun 8,4 persen pada Mei dari bulan sebelumnya karena produsen mobil mengurangi produksi lebih lanjut.

Output keseluruhan turun dari bulan sebelumnya selama empat bulan berturut-turut untuk pertama kalinya sejak 2012. Capaian ini lebih buruk daripada median estimasi dari 28 analis yang disurvei Bloomberg yang memperkirakan penurunan 5,9 persen.

Sebuah laporan terpisah menunjukkan tingkat pengangguran naik ke level tertinggi dalam tiga tahun di level 2,9 persen pada bulan Mei. Para analis mengatakan mereka memperkirakan suku bunga naik lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang.

Penurunan produksi pada bulan Mei menunjukkan bahwa bahkan setelah pencabutan keadaan darurat di sebagian wilayah di Jepang pada pertengahan bulan.

Lemahnya permintaan global membuat tingkat pekerjaan perodusen menurun. Kenaikan tingkat infeksi baru-baru ini di AS, yang merupakan pasar luar negeri terbesar Jepang tahun lalu, membuat pemulihan berlangsung lambat.

Namun, data lain yang dirlis menunjukkan tanda bahwa penurunan ekonomi mungkin telah mencapai dasar. Proyeksi output industri di bulan Juni naik 4,7 persen, sedangkan di bulan Juli menjadi 9,2 persen.

Sementara itu, statistik tenaga kerja menunjukkan ada sekitar 1,7 juta orang yang cuti kerja, yang berarti beberapa di antaranya mungkin telah kembali bekerja.

Ekonom Yoshiki Shinke di Dai-Ichi Life Research Institute mengatakan data produksi memberi sinyal rebound pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga tahun ini, tetapi kembali ke level sebelum pandemi akan memakan waktu lama.

"Ekonomi Jepang mungkin telah melewati dasar dan kenaikan awal bisa lebih cepat dari yang diharapkan, tetapi ada jalan panjang di depan untuk kembali normal," katanya, seperti dikutip Bloomberg.

Sementara itu, tingkat pengangguran di Jepang tidak memperhitungkan jutaan pekerja yang dipaksa untuk mengambil cuti selama pandemi. Banyak dari orang-orang itu, terutama di sektor jasa, bisa menjadi pengangguran permanen jika krisis berlarut-larut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini