GIPI : Pemulihan Pariwisata Bergantung pada Penanganan Covid-19

Bisnis.com,01 Jul 2020, 17:42 WIB
Penulis: Rahmad Fauzan
Suasana kawasan wisata Pantai Kuta yang ditutup sementara tampak lengang di Badung, Bali, Minggu (31/5/2020). Salah satu destinasi pariwisata utama di Pulau Dewata tersebut masih ditutup dari aktivitas masyarakat dan kunjungan wisatawan sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19./Antara-Fikri Yusufn

Bisnis.com, JAKARTA -- Jumlah wisatawan di Indonesia diharapkan mulai meningkat mulai September 2020 apabila penanganan pandemi Covid-19 berjalan secara optimal baik di pusat maupun daerah.

Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Junaedi mengatakan masing-masing unit usaha di destinasi wisata harus membuat standar operasi mandiri berdasarkan protokol utama yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.

"Protokol sudah ada garisnya yang ditandatangani Kementerian Kesehatan. Namun, di daerah harus dibuat SOP [standard operating procedure] sendiri berdasarkan SOP utama dan diterapkan di tempat-tempat kunjungan seperti restoran dan unit-unit lainnya," ujar Didien kepada Bisnis, Rabu (1/7/2020).

Standar operasi di daerah tersebut, lanjutnya, harus dibarengi dengan pengawasan yang ketat dari beberapa pihak terkait, melalui koordinasi antara industri pariwisata itu sendiri, pemerintah daerah, kepolisian, dan tokoh-tokoh setempat.

Dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah wisatawan mancanegara sepanjang Mei 2020 mengalami kenaikan tipis 3,10% menjadi 163.600 orang dari bulan sebelumnya.

Wisatawan mancanegara (wisman) asal Timor Leste dan Malaysia menjadi penyumbang dominan kunjungan wisman ke Indonesia pada Mei 2020. Jika dirinci, kunjungan wisman dari Timor Leste mencapai 81.500 orang dengan kontribusi 49,8 persen dan diikuti oleh Malaysia sebanyak 66.400 orang pada periode yang sama.

Menurutnya, pengunjung dari Timor Leste dan Malaysia merupakan wisatawan border crossing yang datang untuk berbelanja di Tanah Air karena faktor harga barang yang lebih murah.

"Belanja di Kupang lebih murah dibandingkan dengan timor leste yang menggunakan dollar," ujarnya.

Sementara itu, Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan aktivitas pariwisata mulai terlihat sejak pemerintah melonggarkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak 5 Juni 2020.

“[Pemulihan] kehidupan pariwisata harus tunggu bulan depan [Juni 2020]. Butuh waktu untuk wisman karena protokol harus sangat ketat, kecuali wisatawan domestik,” tekannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini