BI Optimistis Ekonomi Indonesia Tidak Akan Jatuh ke 'Jurang Resesi'

Bisnis.com,03 Jul 2020, 12:16 WIB
Penulis: Maria Elena
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyampaikan hasil-hasil Forum Pembiayaan Infrastruktur dalam konferensi pers Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Nyoman Budhiana

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia optimistis ekonomi Indonesia tidak akan menuju ke titik resesi tahun ini meski dampak dari pandemi Covid-19 sangat signifikan.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun akan tetap positif dengan kisaran 0,9 -1,9 persen.

"BI memperkirakan pertumbuhan PDB 2020 akan berada di kisaran 0,9-1,9 persen. [Penurunan] paling dalam di kuartal kedua, tapi kita optimis bisa menuju batas atas 1,9 persen," katanya dalam webinar LPPI, Jumat (3/7/2020).

Dody memaparkan, data-data indeks ekspektasi ekonomi, yang dipengaruhi oleh future income dan future employment masyarakat, menunjukkan masih berada di titik yang landai pada Mei 2020. Survei ini memberikan harapan angka per Mei 2020 relatif terhenti dan tidak akan turun pada periode berikutnya.

Kemudian, kata Dody, volume perdagangan, global pada Mei 2020 tercatat cukup melandai dari perkiraan awal akan melemah. Pembukaan trade China menjadi salah satu pemicu volume perdagangan global membaik.

Menurutnya, pembukaan perdagangan global ini juga akan membantu perdagangan indonesia dan akan terlihat pada angka ekspor nantinya, di mana ekspor Indonesia pada Mei 2020 telah menunjukkkan perbaikan meski masih negatif.

Di samping itu, angka Purchasing Manager's Index (PMI) kata Dody relatif terjadi perlambatan yang tertahan. Hal ini menandakan ada beberapa kegiatan manufaktur yang sudah mulai bergerak.

"Data-data ini menunjukkan kita tidak akan menuju ke titik resesi meskipun di triwulan kedua diperkiraan pertumbuhan ekonomi bisa melemah," katanya.

Dody menuturkan, kinerja ekspor sudah mulai terlihat pada beberapa komoditas, terutama emas dan baja. Selanjutnya adalah nikel karena yang sebagian besar diekspor ke China, akan memberikan dorongan dari sisi ekspor.

BI juga memprediksi defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) akan berada di bawah 1,5 persen dari PDB. CAD akan terbantu karena impor yang menurun tajam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini