Jokowi Minta Kampus dan Industri Perkuat Koordinasi, Untuk Apa?

Bisnis.com,04 Jul 2020, 13:48 WIB
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Presiden Joko Widodo memberikan amanat saat memimpin upacara peringatan Hari Lahir Pancasila secara virtual di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (1/6/2020). Upacara secara virtual itu dilakukan karena pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/BPMI Setpres/Handout

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya institusi-institusi pendidikan tinggi untuk lebih proaktif berkoordinasi dengan kebutuhan dunia industri. Menurut Jokowi, dengan komunikasi dan koordinasi yang lebih baik, kedua pihak akan saling diuntungkan.

“Kerja sama dengan indsutri bukan hanya memberikan pengalaman kerja bagi mahasiswa, tapi juga perguruan tinggi bisa bekerja sama untuk penelitian dan pengembangan teknologi untuk research and development di dunia industri dan sekaligus untuk pengembangan ilmu murni," ujarnya saat membuka acara konferensi tahunan Forum Rektor Indonesia (FRI) secara daring, Sabtu (4/7/2020).

Di samping itu, Jokowi juga menekankan bahwa kerja sama antara kampus-kampus dan sektor industri bisa meningkatkan kinerja industrialisasi di Indonesia. Pada waktunya, meningkatnya performa industri, khususnya industri manufaktur, akan bisa membantu Indonesia keluar dari jebakan middle-income trap.

“Mari kita cetak sejarah mari kita buktikan kita tidak akan terjebak middle income trap,” sambungnya.

Indonesia memang baru saja ditetapkan Bank Dunia sebagai negara dengan kategori upper-middle income alias negara berpenghasilan menengah ke atas. Namun, untuk mencapai status sebagai negara berpenghasilan tinggi, jalan Indonesia masih jauh.

Bila mengacu kriteria Bank Dunia, uncuk menjadi negara berpenghasilan tinggi Gross National Income (GNI) Indonesia harus bisa menyentuh minimal US$12.535. Padahal, di sisi lain, pada 2019 lalu capaian GNI Indonesia berada pada angka US$4.050.

Senada dengan ucapan Jokowi, Ekonom CORE Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa untuk lepas dari jebakan negara berkembang, Indonesia perlu melakukan industrialisasi.

Yusuf mencontohkan kasus Korea Selatan (Korsel), di mana keberhasilan mereka keluar dari middle-income trap tidak lepas dari pendapatan sektor industri yang tinggi pada medio 1970-1980an.

“Pertumbuhan industri manufaktur terbukti bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Korsel lebih tinggi. Masalahnya, kondisi di Indonesia justru berkebalikan. Pertumbuhan ekonomi pun rata-rata hanya bisa sekitar 5 persen dalam 5 tahun terakhir.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Oktaviano DB Hana
Terkini