Banjir di Jepang Tewaskan 25 Orang, Puluhan Warga Masih Hilang

Bisnis.com,06 Jul 2020, 14:32 WIB
Penulis: Nindya Aldila
Ilustrasi - Warga diselamatkan dari area yang terendam banjir oleh tentara Jepang di Kurashiki, Jepang, Sabtu (7/7)./Kyodo via Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Bencana banjir menyapu wilayah Prefektur Kumamoto, Jepang, pada Senin (6/7/2020). Sebanyak 25 orang dinyatakan meninggal dan hampir 28 orang hilang.

Kyodo News melaporkan bahwa dari orang yang hilang tersebut sebanyak 17 orang dikhawatirkan telah meninggal, sedangkan 11 orang lainnya belum diketahui nasibnya setelah hujan deras mengguyur Kumamoto sejak Sabtu pagi.

Akibat kejadian tersebut, sebanyak 1.500 orang dievakuasi di 86 titik tempat penampungan. Hujan belum berhenti juga dikhawatirkan akan menyebabkan tanah longsor dan banjir susulan.

"Ketinggian air di sungai tiba-tiba naik saat hujan pada Sabtu. Saya khawatir karena tidak tahu kondisi hujan hati ini," kata Shoko Matsunaga, salah seorang korban banjir yang dievakuasi di Ashikita bersama cucunya.

Sebagai langkah pencegahan penyebaran Covid-19, pusat evakuasi telah mengambil tindakan untuk menyusun protokol kesehatan di penampungan. Petugas meminta agar orang-orang menghindari keramaian dan melakukan kontak dekat serta menyediakan sanitizer dan mengecek suhu tubuh.

Sementara NHK pada Senin juga melaporkan bahwa wilayah Kyushu memperingatkan masyarakat di Prefektur Kumamoto, Kagoshima, Miyazaki, dan Saga adanya risiko banjir dan tanah longsor seiring hujan lebat yang masih berlangsung.

Badan meteorologi Jepang menyatakan bahwa atmosfer menjadi tidak stabil akibat front stasioner (transisi antara dua massa udara yang mempunyai sifat fisika berbeda) dari sisi barat dan timur Jepang.

Sementara itu, sebuah rumah perawatan jompo porak poranda akibat diterpa banjir. Sebanyak 50 penghuninya tertahan menunggu dievakuasi.

Senju-en, panti jompo yang berjarak 400 meter dari titik temu antara Sungai Kuma dan anak sungai lainnya digenangi air pada Senin (6/7/2020).

"Air sudah masuk ke lantai satu membuat tim penyelamat kesulitan masuk ke dalam, kami menggunakan palu dan alat lain untuk memecahkan jendela," kata Sakoda Shigemitsu, perwakilan tim SAR setempat, seperti dikutip NHK.

Petugas desa mengatakan panti jompo Senju-en menyelenggarakan latihan evakuasi dua kali dalam setahun. Para staf juga telah dilatih untuk menolong penghuni sebagai langkah evakuasi ke lantai dua.

Kejadian serupa pernah terjadi pada 2016 di Prefektur Iwate, sisi utara Jepang akibat topan Lionrock. Rumah perawatan tersebut rusak parah hingga menewaskan sembilan orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Oktaviano DB Hana
Terkini