Mobil Bekas Lebih Laku di Era New Normal? Leasing Siap Hadapi Risiko

Bisnis.com,06 Jul 2020, 21:18 WIB
Penulis: Aziz Rahardyan
Karyawan sedang menunggu konsumen di samping deretan bursa mobil bekas di Jakarta, Minggu (4/2). Tren penjualan mobil bekas di 2018 diprediksi meningkat disebabkan peningkatan produksi produk baru yang beragam terutama segemen Low Cost Green Car (LCGC)./Bisnis.com-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan tengah mempersiapkan strategi mitigasi risiko kredit kendaraan bekas, menilik masih tingginya minat dan kebutuhan masyarakat terdampak pandemi Covid-19.

Pasalnya, berdasarkan data statistik industri pembiayaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per April 2020 yang notabene berada dalam masa puncak pandemi Covid-19 di Indonesia, pangsa pembiayaan mobil bekas masih mencatatkan pertumbuhan positif.

Pembiayaan kendaraan roda empat bekas pada April 2020 mencapai Rp58,69 triliun, masih tumbuh tipis 0,54% (month-to-month/mtm) dari Maret 2020 yang berada di angka Rp58,37 triliun, serta naik 1,57% (year-to-year/yoy) dari posisi April 2019 senilai Rp57,78 triliun.

Sementara itu, pembiayaan mobil baru sebesar Rp131,14 triliun pada April 2020, tercatat turun baik secara bulanan maupun tahunan. Masing-masing 2,63% (mtm) dari angka Rp134,69 triliun pada Maret 2020 dan 1,8% (yoy) dari Rp133,55 triliun pada April 2019.

Presiden Direktur CIMB Niaga Finance (CNAF) Ristiawan Suherman menjelaskan bahwa fenomena moncernya permintaan kredit untuk mobil bekas ini setidaknya disebabkan dua faktor.

"Pertama, beralihnya market yang akan membeli mobil baru ke mobil second karena kondisi makro ekonomi yang kurang mendukung. Kemudian, pandemi Covid-19 menjadikan masyarakat menghindari kerumunan di tempat umum dan mengurangi pemakaian alat transportasi mssal untuk memperkecil resiko penyebaran," jelasnya kepada Bisnis, Senin (6/7/2020).

Pada April 2020, pembiayaan CNAF terkait kendaraan roda empat pun tercatat mirip-mirip catatan OJK, di mana komposisi pembiayaan used car meningkat hingga 40% dan sisanya 60% pembiayaan new car.

Oleh sebab itu, Ristiawan percaya ke depan minat masyarakat terhadap pembiayaan kendaraan pribadi masih jatuh ke pangsa mobil bekas ketimbang mobil baru.

Namun demikian, dia mengakui perusahaan pembiayaan jelas membutuhkan persiapan dan strategi khusus terkait fenomena ini. Pasalnya, risiko mobil bekas tidak hanya pada pada kemampuan konsumen dalam mencicil, namun juga punya keterkaitan besar terhadap bagaimana kondisi kendaraan.

"Untuk CNAF sendiri, cara memitigasi risiko dari pembiayaan mobil second adalah dengan meningkatkan minimum down payment ke level 30% hingga 40%. Dengan down payment tersebut, kita bisa memitigasi akan potensi penurunan nilai objek agunan," jelasnya.

Selain itu, CNAF juga mendorong nasabah meng-cover kendaraan bekasnya dengan Asuransi All Risk. Hal ini guna memastikan kondisi unit akan terlindungi dari berbagai macam risiko hingga berakhirnya masa kontrak kredit.

Senada dengan Ristiawan, Direktur Utama Mandiri Utama Finance (MUF) Stanley Setia Atmaja pun berharap besar permintaan kendaraan bekas ini masih bisa bertahan sampai akhir tahun.

Menurutnya, minat masyarakat akan kendaraan pribadi, walaupun bekas, masih didorong infeksi Virus Corona yang belum hilang sepenuhnya di Indonesia.

Beberapa kota besar pun masih berada pada era masa transisi pandemi Covid-19 menuju new normal yang masih mewajibkan pembatasan jarak sosial dan menghindari keramaian, apalagi di transportasi massal.

"Daripada menggunakan kendaraan umum karena masalah keamanannya, ini berdampak pada kinerja pembiayaan kendaraan bekas baik mobil dan motor sampai 40 persen," jelas Stanley.

Terkini, MUF akan mempertahankan peningkatan pangsa mobil dan motor bekas semester I/2020 dibandingkan tahun lalu ini dengan persiapan mitigasi risiko.

"Kita tahu produk motor dan mobil bekas memang mengandung resiko dalam kualitas kendarannnya. Maka, MUF mempunyai tim yang sudah terlatih untuk menilai kondisi kendaraan bekas, baik fisik maupun kelengkapan surat-surat, serta menggunakan teknologi Price Engine. Di mana nilai kendaraan bisa ditaksir dengan akurat menggunakan teknologi tersebut," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini