Bisnis.com, JAKARTA – 74 tahun berdiri, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI memberikan kesan tersendiri terhadap banyak kalangan. Sebagian kesan itu pun tertuang menjadi saran agar BNI terus tumbuh dan berkembang.
Aviliani, Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perbanas, menilai diusianya saat ini BNI dapat lebih fokus menggarap supply chain.
“BNI itu dulu mengambil banyak yang komersial. Lantaran komersial agak meningkat risikonya, makanya bermain di korporat juga,” katanya.
Aviliani mengatakan bahwa BNI bisa fokus menggarap supply chain dengan masuk ke industri pengolahan dan mengambil tantangan baru yang di luar kebiasaan.
Menurutnya, selama ini bank banyak memberikan kredit kepada pedagang, meski margin yang diperoleh pedagang masin tipis. Hal itu bisa berdampak kepada makin kecilnya potensi pendapatan yang diperoleh dari pedagang.
“Menurut saya, BNI bagus juga mengarah ke subtitusi impor dan berorientasi ekspor, karena di era seperti ini kita bisa gantikan negara-negara berkembang yang merupakan potensi pasar baru,” ujarnya.
Ari Kuncoro, Rektor Universitas Indonesia periode 2019—2024, mengatakan bahwa saat ini BNI perlu mengantisipasi geliat baru di sektor manufaktur. Bank pelat merah itu dapat menghubunugkan rantai pasok dengan manufaktur di luar negeri.
“Jadi ada portofolionya yang merupakan ekspansi dari perusahaan domestik ke luar negeri. Juga menghubungkan antara perusahaan manufaktur di Indonesia yang membutuhkan bahan baku dan bahan setengah jadi di luar negeri. Begitu sebaliknya, jadi spesialisasi industry,” ujarnya.
Dia menilai, kondisi perbankan saat ini masih sangat baik meski pandemi Covid-19 memberikan dampak yang luar biasa. “Kalau dilihat dengan PSBB [Pembatasan Sosial Berskala Besar] yang sudah direlaksasi ini, kami lihat ada prospek,” ucapnya.
Dia mendontohkan menggeliatnya pabrik sepeda di tengah gelombang pemurusan hubungan kerja (PHK). Perubahan gaya hidup di era new normal membuat lonjakan permintaan dan menguntungkan beberapa sektor.
Adapun Harry Azhar Azis, Anggota BPK RI, mengatakan bahwa saat ini dirinya merasakan peningkatan kualitas layanan yang signifikan dari BNI.
“Saya sudah mengenal BNI sejak sekolah di Tanjung Pinang hingga sekarang di Jakarta. Sebagai nasabah, saya rasakan kualitas pelayanannya makin hari makin top,” katanya.
Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia periode 2014—2019, menilai BNI masih cukup kuat untuk teris bersaing di tengah pelambatan ekonomi saat ini.
Hal itu terlihat dari sepanjang kuartal I/2020, BNI memiliki rasio pencadangan yang tinggi yaitu 243%, juga rasio CAR yang cukup baik 16,1%, serta likuiditas yang baik ditunjukkan oleh rasio aset likuid 19% terhadap DPK.
“Bank yang memiliki pencadangan yang tinggi, permodalan yang kuat, serta dengan likuiditas yang baik adalah yang akan menjadi pemenang,” ucapnya.
Kemudian Reini Wirahadikusumah, Rektor ITB, mengatakan bahwa BNI merupakan salah satu bank yang memiliki komitmen untuk membangun bangsa.
“BNI sebagai institusi perbankan terkemuka, dan ITB sebagai perguruan tinggi di Indonesia telah menjalin komitmen bersama untuk membangun sinergi dalam meningkatkan kinerja masing-masing untuk kemajuan bangsa,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel