IHS Markit: Outlook Bisnis India Terburuk di Dunia

Bisnis.com,13 Jul 2020, 14:35 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Warga di India berjalan sambil menggunakan masker pelindung/Bloomberg-Prashanth Vishwanathan

Bisnis.com, JAKARTA - Untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, sentimen bisnis India berubah negatif. Fakta ini mencerminkan pesimisme pada aktivitas dan laba bisnis pascawabah Covid-19.

Menurut hasil survei IHS Markit India Business Outlook yang dirilis Senin (13/7/2020), net balance aktivitas bisnis turun tajam menjadi -30 persen pada Juni, dari +26 persen pada Februari.

Data terakhir itu adalah yang terendah sepanjang sejarah pencatatan dan pertama kalinya outlook terindikasi negatif sejak seri pencatatan dimulai pada akhir 2009.

Banyak responden menunjukkan bahwa outlook tersebut luar biasa tidak pasti dan tidak tentu tentang bagaimana aktivitas akan berkembang selama 12 bulan mendatang.

“Outlook untuk India adalah yang terburuk secara global," ungkap Direktur ekonomi di IHS Markit Andrew Harker, merujuk pada tingkat kepercayaan di antara semua negara yang dipantau oleh IHS.

“Tampaknya situasi sulit belum akan berakhir,” tambahnya, seperti dilansir Bloomberg.

Biaya input diperkirakan akan turun, sementara harga output diproyeksi akan naik sedikit di tengah lesunya permintaan dari para pelanggan.

Terlepas dari perkiraan turunnya beban biaya dan ekspektasi permintaan yang lesu dari pelanggan, perusahaan-perusahaan India masih akan menaikkan harga jual mereka selama 12 bulan ke depan.

Upaya untuk menaikkan harga jual kemungkinan mencerminkan kekhawatiran di antara perusahaan mengenai tren profitabilitas selama tahun mendatang.

Net balance laba pada Juni turun menjadi -33 persen dari +23 persen pada Februari dan negatif untuk pertama kalinya dalam sejarah survei. Selain itu, outlook untuk laba di India adalah yang terburuk di antara negara-negara dalam survei ini.

Perusahaan-perusahaan lokal, terutama yang berada di sektor jasa, tampaknya akan merespons penurunan aktivitas dengan mengurangi jumlah tenaga kerja, demikian menurut laporan IHS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini