Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja angkat bicara mengenai aksinya melepas saham perseroan di kisaran harga Rp31.000 per saham pada 9 Juli - 10 Juli 2020.
Jahja mengatakan aksi melepas saham itu merupakan transaksi biasa seperti yang dilakukan para investor. Aksi tersebut merupakan bagian dari diversifikasi portofolio investasi.
Seperti ungkapan yang populer di kalangan investor bahwa jangan menaruh telur dalam satu keranjang, Jahja pun melepas saham BBCA untuk diversifikasi ke produk investasi lain.
"Ada istilah kalau investor, telur jangan ditaruh di satu keranjang. Harus pilah-pilah. Kalau ada saham BCA, ada saatnya jual, investasi yang lain," katanya dalam diskusi online, Senin (13/7/2020).
Dirinya mengaku juga membeli surat berharga negara (SBN) karena return-nya yang menarik. Meski begitu, dia juga menyebutkan diversifikasi bisa saja ke reksadana maupun saham properti.
Oleh karena itu, dia menegaskan tidak ada alasan khusus mengenai pelepasan saham BCA yang dia miliki akhir-akhir ini, selain untuk divestasi investasi.
"SBN dibeli karena menarik, saya beli SBN. Mau ke reksadana, saham properti, bebas saja. Enggak ada apa-apa [jual saham BCA]," imbuhnya.
Berdasarkan keterbukaan informasi di BEI, Jahja melepas 100.000 lembar saham perseroan di kisaran harga Rp31.000 per saham pada 9 Juli - 10 Juli 2020.
Secara rinci, Jahja melepas 50.000 lembar saham BBCA dengan harga penjualan Rp31.050 per saham. Transaksi itu dilakukan pada 9 Juli 2020 dengan status kepemilikan langsung.
Dia kembali melepas 25.000 lembar saham perseroan dengan harga Rp31.100 per saham. Transaksi itu dilakukan pada 10 Juli 2020 dengan status kepemilikan langsung.
Pada hari yang sama, Jahja kembali melepas 25.000 lembar saham dengan harga penjualan Rp31.125 per saham. Dengan begitu, jumlah saham yang dimiliki setelah transaksi tersebut sebanyak 8,005 juta lembar saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel