Bisnis.com, JAKARTA - Pemegang saham pengendali PT Bank Mayapada International Tbk. Dato' Sri Tahir menyambut baik jika Cathay Life Insurance Co Ltd melaju menggantikan posisinya.
Tahir mengatakan dirinya terbuka untuk setiap opsi penyehatan Bank Mayapada termasuk jika harus ada perubahan porsi kepemilikan di antara pemegang saham.
"Saya selalu terbuka yang penting Bank Mayapada bisa kuat. Pertimbangan sudut saya bukan [kepemilikan] besar atau kecil. Yang penting banknya bisa kuat menghadapi segala kesulitan, dan dalam segala situasi khususnya ini pandemi Covid. Itu aja," katanya kepada Bisnis, Senin (13/7/2020).
Namun, Tahir menyebutkan sampai saat ini belum ada pembicaraan tentang siapa akan menjadi mayoritas dan mengambil posisi pengandali. Adapun, Cathay memiliki porsi sekitar 37 persen, dibandingkan dengan Tahir yang memiliki 40 persen lebih.
"Belum pernah ada pembicaraan tentang siapa akan memiliki berapa persen [atau jadi PSP]. Itu belum ada. Kalau tambah modal, iya."
Tahir bahkan berharap, dalam penyuntikan modal kali ini Bank Mayapada dapat memiliki modal yang cukup dan bahkan langsung menjadi Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) IV.
"Kami sudah masuk Rp4,5 triliun. Kita lihat lah mau tambah berapa lagi. Kalau Cathay mau ikut juga, kami pun menyambut baik," katanya.
Seperti diketahui, Bank Mayapada masuk dalam catatan Badan Pemeriksa Keuangan dalam IHPS II/2019. BPK menyoroti hasil temuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait dengan penilaian kemampuan dan kepatutan seorang direksi yang tidak mempertimbangkan pelanggaran penandatanganan kredit di Bank Mayapada.
Selain itu, BPK juga menyoroti adanya indikasi pelanggaran batas minimum pemberian kredit (BMPK), kredit bermasalah (NPL) yang belum diselesaikan, serta underlying transaksi terkait dengan aliran dana dari rekening debitur menjadi deposito atas nama Komisaris Utama Bank Mayapada.
Yang menjadi sorotan adalah soal temuan pelanggaran BMPK yang nilainya mencapai Rp23,56 triliun. Kredit sebesar itu disalurkan kepada empat debitur, yakni grup HI (BT) sebanyak 57 debitur senilai Rp12,39 triliun, grub SB (M) sebanyak 14 debitur Rp3,13 triliun, grup IL (HSG) sebanyak 16 debitur Rp4,74 triliun, dan grup M (T) sebanyak 11 debitur Rp3,3 triliun.
Akibat 'bolong' dari penyaluran kredit ini, menurut informasi Bisnis, pemegang saham diminta menambah modal. Tahir telah mengalokasikan dana sebesar Rp1 triliun berupa dana tunai dan Rp3,5 triliun berupa aset gedung. Adapun, sisanya dipenuhi dalam bentuk aset yang diambil alih (AYDA) Rp17,9 triliun.
Dengan masalah ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah meminta melakukan action plan. Salah satunya dengan mengeksekusi aset-aset yang dipakai untuk menambal 'bolong' tersebut.
Selain itu, untuk mengantisipasi masalah permodalan OJK juga meminta pemegang saham melakukan penawaran saham terbatas (rights issue). Dalam hal ini, Cathay diminta meningkatkan kepemilikan saham dan menjadi pengendali.
Saat diminta konfirmasi, Deputi Komisioner Humas dan Logistik Anto Prabowo membenarkan. Menurutnya, menyelesaikan masalah suatu bank adalah kewajiban pemegang saham. OJK, sambungnya, hanya memberikan arahan apakah yang harus dilakukan.
"Ini [masalah Bank Mayapada] diselesaikan pemilik. Di antara pememilik ada yang ingin meningkatkan kepemilikan sehingga OJK meminta penegasan kapan ini diselesaikan," ujarnya kepada Bisnis Senin (13/7/2020).
Sebagai infromasi, Cathay Life Insurance anak usaha Cathay Financial Holding Co Ltd. telah memiliki saham mayoritas 40% sejak 2016.
Perusahaan asal Taiwan selalu rajin ikut melakukan penyuntikan modal setiap tahun dan menjaga kepemilikannya. Hanya pada tahun lalu, Chatay tak ikut mengambil haknya sehingga porsi kepemilikannya berkurang menjadi 37,33%.
Adapun, perusahaan asuransi memiliki aset sebesar 7,08 triliun New Taiwan dollars per akhir tahun lalu. Total equitas tercatat 594 miliar New Taiwan dollars.
Berdasarkan Taipei Times (21/4/2020), Moody’s Investors Service telah merevisi turun prospek kreditnya untuk Cathay Life Insurance dari 'stabil' menjadi 'negatif' karena penurunan suku bunga secara drastis di dalam dan luar negeri akan menantang profitabilitas mereka.
Moody's menyebutkan perubahan pada prospek mereka mencerminkan bahwa lingkungan suku bunga rendah yang berkepanjangan akan menantang profitabilitas kedua perusahaan asuransi sehubungan dengan ketergantungan mereka yang besar pada pendapatan investasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel