Harga Minyak Berpotensi Naik Ke US$40,45 per Barel

Bisnis.com,13 Jul 2020, 11:57 WIB
Penulis: Pandu Gumilar
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berpotensi mengalami kenaikan hingga lmenyentuh level resisten US$40,45 per barel.

Tim analis Monex Investindo Futures mengatakan kenaikan permintaan untuk tahun 2020 oleh International Energy Agency (IEA) dapat menjadi pemantik kenaikan harga minyak mentah. Selain itu penurunan aktivitas rig yang dilaporkan oleh Baker Hughes serta kekhawatiran akan lesunya permintaan berpotensi menjadi bensin bagi laju harga minyak.

“Harga minyak berpotensi bergerak naik menguji level resisten US$40.45 selama harga tidak menyentuh level suppport US$39,85 per barel,” tulis tim dalam riset harian Senin (13/7/2020). 

Menurut Monex, bila harga menembus level resisten maka berpluang menopang harga minyak menguji resisten selanjutnya di US$40,85 dan US$41,20.

Akan tetapi bila turun, harga minyak dapat  menguji level support US$39,85. Bila penurunan terus terjadi maka berpotensi menekan harga minyak menguji level support selanjutnya di US$39,55 dan US$39,25.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg pukul 11.44 WIB harga minyak tengah terkoreksi 0,84 persen untuk jenis WTI. Minyak kontrak Agustus kini tengah diperdagangkan pada level US$40,21 atau turun 0,34 poin.

Adapun minyak mentah jenis Brent juga mengalami pelemahan 0,79 persen untuk kontrak September. Minyak Brent turun tipis 0,34 poin ke level US$42,90.

Bloomberg melansir bahwa OPEC+ akan mengkaji keadaan pasar dalam pertemuan virual pada Rabu mendatang di tengah rencana organisasi negara-negara penghasil minyak tersebut untuk mengurangi pembatasan produksi minyak mentah. Perusahaan minyak terkemuka di Rusia telah bersiap menambah produksi pada bulan depan setelah ketiadaan arahan dari Kementerian Energi setempat.

Rencana penambahan produksi ini terjadi ditengah lonjakan kasus posittif virus corona yang melanda negara-negara di dunia. Sejumlah negara bagian di Amerika Serikat membatalkan rencana pembukaan kembali kegiatan ekonomi. Sementara itu, Melbourne, kota terbesar kedua di Australia kembali memasuki masa lockdown setelah terjadinya kenaikan angka kasus positif.

Pemangkasan produksi minyak mentah yang dilakukan OPEC+ sejauh ini menjadi faktor penting dibalik kenaikan harga minyak dunia setelah sempat menyentuh 0 pada April lalu. Dalam laporannya Jumat lalu, International Energy Agency mengatakan akan terjadi rebound pada permintaan terhadap minyak dunia dalam tiga bulan mendatang seiring dengan kembali berjalannya roda perekonomian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini