Covid-19 Jawa Timur: Penularan Terbanyak dari Transmisi Lokal

Bisnis.com,15 Jul 2020, 21:19 WIB
Penulis: Mutiara Nabila
Ilustrasi-Sejumlah warga mengikuti rapid test massal yang digelar Badan Intelijen Negara di wilayah Kecamatan Lakarsantri Surabaya, Selasa (9/6)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat Jawa Timur melaporkan pasien sembuh terbanyak dan penambahan kasus baru Covid-19 tertinggi ketiga di Indonesia pada Rabu (15/7/2020). 

Jawa Timur mendapat tambahan 165 kasus baru, sehingga totalnya menjadi 17.395 kasus konfirmasi positif Covid-19.

Sementara itu pertambahan kasus sembuh sebanyak 521 kasus, dan kasus meninggal 28 orang.

Tim Gugus Tugas Dewi Nur Aisyah mengatakan Jawa Timur memiliki banyak kabupaten/kota yang masuk ke dalam zona merah. Tertinggi di Surabaya sebanyak 7.538 kasus, selanjutnya Sidoarjo 2.280 kasus, dan Gresik 1.154 kasus. 

Penularan tertinggi juga masih dari Surabaya dengan 251 kasus per 100.000 penduduk, Sidoarjo 113 kasus per 100.000 penduduk, dan Mojokerto 100 kasus per 100.000 penduduk.

"Ini menunjukkan penularan di Surabaya lebih cepat dibandingkan dengan kota dengan penularan tertinggi di Jawa Barat, yaitu Depok yang hanya 45 kasus per 100.000 penduduk," ungkap Dewi, Rabu (15/7/2020). 

Menurut Dewi Surabaya harus menjadi perhatian khusus bagi satgas Covid-19 dan belajar dari kabupaten kota lain untuk menurunkan laju penularan. 

"Di sana, angka kasus tinggi, penularan tinggi, mortalitas tinggi. Surabaya adalah permasalahan pertama yang harus dikejar," ujar Dewi.

Selanjutnya, per 7 Juli 2020, total klaster di Jawa Timur mencapai 141 klaster. Mayoritas klaster dilihat dari jumlah kasus paling banyak karena terjadi transmisi lokal.

"Artinya dari satu kelompok masyarakat itu sekelompok tiba-tiba positif, padahal mereka tidak ada riwayat bepergian. Jadi misalnya ada satu positif akhirnya tertular di sekelilingnya," jelas Dewi.

Untuk mengatasi hal ini, satu-satunya jalan yang bisa dilakukan adalah isolasi mandiri. Ketika sudah kontak dengan orang yang positif, isolasi mandiri harus dipastikan berjalan. 

Selanjutnya, 31 klaster ada di pasar, mayoritas dari pasar tradisional. Pasar punya potensi berdesakan itu tinggi, sirkulasi udara tidak baik. Mal dan tempat kerja menunjukkan jumlah klaster lebih rendah, tapi angka kasus lebih tinggi dibandingkan dengan di pasar.

"Artinya penularan di tempat itu lebih tinggi. Bukan berarti tertularnya di kantor, tapi dalam perjalanan ke kantor, misalnya menggunakan transportasi umum, virusnya terbawa ke kantor. Ini yang kadang kita lupa," kata Dewi.

Jika belajar dari kasus Secapa AD Jawa Barat, ada titik kritis yang kadang dilupakam, misalnya saat makan bersama tanpa masker, duduk berdekatan sambil mengobrol, memiliki potensi penularan tinggi. 

Kemudian di moda transportasi umum. Walaupun tempat tujuan seperti kantor sudah menerapkan protokol kesehatan, di kendaraan penumpang tidak bisa menghindari untuk tidak berdesakan, kemudian berpegangan belum cuci tangan sudah memegang muka juga berpotensi tertular.

"Itu kenapa rajin cuci tangan, pakai masker, dan jaga jarak sangat penting perannya, agar tidak tertular Covid-19," tegas Dewi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini