Bisnis.com, JAKARTA - Analis Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Danan Dito mengungkapkan potensi perusahaan pembiayaan yang menerbitkan surat utang pada semester II/2020 cukup besar.
Pefindo sudah menerima mandat pemeringkatan penerbitan obligasi dari tujuh multifinance dengan emisi Rp8,8 triliun untuk semester II/2020. Adapun, realisasi pemeringkatan obligasi multifinance di semester I/2020 hanya Rp4,03 triliun.
"Ada potensi lebih bagus karena dari sisi operasional, kita memasuki tahap new normal. Pasti ada kebutuhan pembiayaan, dan diharapkan pembiayaan ke sektor-sektor produktif itu lebih normal," jelasnya, Kamis (16/7/2020).
Danan menjelaskan lebih lanjut bahwa pertimbangan lain kenapa multifinance memilih menerbitkan obligasi karena kebutuhan menopang likuiditas, rendahnya inflasi, rupiah terhadap dolar AS yang cenderung stabil, serta sentimen peluang pemangkasan suku bunga.
Terkait minat investor untuk melirik obligasi di sektor multifinance, Danan mengungkap bahwa pertimbangannya memang sulit karena di tengah ketidakpastian yang ditimbulkan pandemi Covid-19, investor masih akan konservatif terhadap potensi risiko.
"Jadi, dari sisi minat, demand investor prediksinya didominasi yang mengutamakan dari sisi keamanannya dahulu. Jadi emiten dengan higher rating pasti didahulukan. Ini membuat beberapa perusahaan jasa keuangan terutama multifinance terseleksi," tambahnya.
Benar saja, multifinance memiliki risiko yang cukup besar karena begitu terdampak pada pandemi Covid-19 dan kebijakan countercyclical pemerintah seperti restrukturisasi.
Dari tujuh perusahaan jasa keuangan yang outlook-nya diturunkan oleh Pefindo, empat di antaranya bergerak di sektor lembaga pembiayaan.
"Likuiditas memang paling utama. Misalnya pendapatan di laporan keuangan itu lumayan, tapi cashflow terdampak, itu yang membuat beberapa perusahaan mengalami penurunan rating atau outlook," jelasnya.
Terlebih, apabila tertarik menerbitkan obligasi, perusahaan pembiayaan perlu memutar otak karena ada banyak faktor untuk memperoleh titik temu imbal hasil, dari mulai kebutuhan, potensi pasar, dan ketersediaan pendanaannya lain seperti perbankan dan pinjaman luar negeri.
Namun demikian, Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana menjelaskan apabila sebuah perusahaan secara umum berani mendorong yield tinggi, sudah pasti menarik minat para investor dan manajer investasi.
"Mereka mencari instrumen surat utang korporasi karena menjadi pendorong imbal hasil. Pasar saham juga masih lebih berisiko, sehingga ini membuat permintaan terhadap surat utang korporasi berpeluang membaik," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel