Kinerja Positif Rupiah Terhambat Penurunan Suku Bunga

Bisnis.com,18 Jul 2020, 12:42 WIB
Penulis: Ria Theresia Situmorang
Karyawati menghitung uang Rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Minggu (7/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia menjadi salah salah tantangan terbesar rebound nilai tukar rupiah pekan ini.  

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (17/7/2020), rupiah parkir di level Rp14.703 per dolar AS, terkoreksi 0,53 persen atau 78 poin. Setelah dibuka terapresiasi ke level Rp14.370 pada Senin (13/7/2020), selama sepekan terakhir rupiah nyatanya sudah terkoreksi 2,31 persen atau 333 poin.

Padahal pada awal Juni, rupiah sempat bergerak di kisaran level Rp13.800 per dolar AS setelah sempat terpuruk ke level Rp16.500 pada akhir Maret lalu.

Untuk kinerja tiga bulanan, saat ini penguatan rupiah hanya sebesar 5,18 persen, sedangkan sepanjang tahun berjalan 2020 rupiah terkoreksi 5,69 persen.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pelemahan rupiah adalah efek dari respon negatif pasar terhadap kebijakan penurunan suku bunga acuan ditambah sentimen ketidakpastian pasar akibat penyebaran Covid-19 yang belum juga mereda di dalam negeri maupun global.

Memanasnya hubungan antara AS dan China, terkait status Hong Kong dan ketegangan dua negara di laut China Selatan juga membuat rupiah kian terpuruk hingga perdagangan akhir pekan.

“Rupiah masih ada sentimen ketegangan antara AS dan China serta penyebaran pandemi virus corona yang terus mengkhawatirkan sehingga wajar kalau pasar merespon negatif dan buat rupiah melemah,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Jumat (17/7/2020).

Sebagai gambaran, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Juli 2020 memutuskan untuk kembali memangkas BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 4 persen. Penurunan itu pun menjadikan suku bunga berada di level terendah sejak 2016.

Rupiah kemungkinan besar akan menggantung harapan terhadap data produk domestik bruto (PDB) Kuartal II/2020 yang dijadwalkan rilis bulan depan.

Jika PDB berhasil dirilis tidak lebih buruk daripada yang diekspektasikan pasar, bank sentral mungkin dapat memfokuskan kebijakannya terhadap stabilitas mata uang pada pertemuan RDG periode Agustus.

Hal itu akan memberikan harapan bahwa rupiah dapat bergerak lebih baik daripada perdagangan dalam beberapa pekan terakhir dan potensi kembali ke level Rp15.000 dapat dihilangkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini