Semester I/2020, Bank Sumsel Babel Salurkan KUR Rp219 Miliar

Bisnis.com,20 Jul 2020, 15:08 WIB
Penulis: Dinda Wulandari
Ilustrasi - Seorang pekerja tampak beraktivitas di area kantor Bank Sumsel Babel. /Istimewa.

Bisnis.com, PALEMBANG - PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung (Bank Sumsel Babel) menyampaikan komitmennya untuk mendukung UMKM di Sumsel melalui penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) di tengah tantangan pandemi Covid-19.

Sekretaris Perusahaan Bank Sumsel Babel Normandy Akil mengatakan kinerja serapan KUR yang digelontorkan perseroan masih cukup baik.

“Realisasinya sudah mencapai Rp219 miliar per 30 Juni , di mana targetnya sampai dengan Desember 2020 sebesar Rp500 miliar,” katanya kepada Bisnis, Senin (20/7/2020).

Menurut Normandy, pihaknya pun concern terhadap KUR di sektor pertanian. Apalagi gubernur Sumsel juga telah menyampaikan bahwa petani di Sumsel sangat membutuhkan pembiayaan dari perbankan sebagai tambahan modal usaha.

“Prinsipnya Bank Sumsel Babel sangat concern terhadap penyaluran KUR sektor pertanian. Kuota KUR kami pun sebagian sudah disalurkan untuk sektor tersebut di sejumlah kabupaten,” katanya.

Dia memerinci KUR untuk sektor pertanian tersebut terserap di kabupaten, seperti Banyuasin, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Ilir (OI), Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, OKU Selatan, Muara Enim dan juga di Bangka. 

“Sebagai wujud nyata, Bank Sumsel Babel juga menambah jaringan kantor kas di Muara Telang, Kabupaten Banyuasin,” katanya.

Normandy menjelaskan KUR pertanian diberikan dengan sistem bayar panen alias yarnen dengan plafon kredit berkisar Rp7 juta – Rp12 juta. Perusahaan pun memastikan pinjaman bersubsidi tersebut dapat diakses petani tanpa agunan.

Sebelumnya, Gubernur Sumsel Herman Deru mengatakan, pemprov juga berupaya menemukan formula yang tepat untuk memudahkan penyaluran KUR, terutama untuk petani.

Dari hasil pengamatannya di lapangan, Deru mengakui bahwa petani cenderung sulit menyerap pembiayaan lantaran mereka belum bankable. Padahal gubernur paham betul bahwa sebenarnya tak sedikit petani yang memiliki kemampuan dan disiplin dalam membayar pinjaman di bank.

“Banyak petani kesulitan beli saprodi, padahal harganya Rp8 juta--Rp9 juta saja. Problemnya karena sasaran tidak bankable. Mereka susah mau utang ke bank Rp50 juta tanpa agunan. Padahal kalau lihat hasil panen, mereka ini mampu bayar,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini