Industri Persepatuan: Modal Kerja Menipis, PHK Jadi Opsi

Bisnis.com,21 Jul 2020, 11:16 WIB
Penulis: Andi M. Arief
Pengunjung memperhatikan koleksi sepatu di sela-sela konferensi pers BCA Jakarta Sneaker Day 2019, di Jakarta, Jumat (18/1/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri persepatuan mengaku membutuhkan modal kerja untuk menghindarkan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga akhir tahun.

Sekretaris Jenderal Asprisindo Firman Bakrie menghitung setidaknya industri alas kaki saat ini memutuhkan modal kerja senilai Rp24,7 triliun untuk bertahan hingga akhir kuartal III/2020.

Firman menyatakan belum dapat menghitung modal kerja yang dibutuhkan hingga akhir tahun karena akan ada penyesuaian pada kuartal IV/2020.

"Pabrikan akan menyesuaikan dengan [kapasitas] pasar [pada semester II/2020]. Misal, [kapasitas] pasar ada di kisaran 30 persen [dari kondisi normal], kalau mempertahankan 100 persen karyawan bebannya terlalu berat," katanya kepada Bisnis, Senin (20/7/2020).

Dengan kata lain, industriwan alas kaki akan mulai melakukan PHK sesuai dengan kemampuan modal kerja masing-masing dan kondisi pasar. Adapun, jumlah tenaga kerja di industri alas kaki lebih dari 900.000.

Firman mendata saat ini konsolidasi kapasitas pasar lokal dan global kurang dari 50 persen. Artinya, akan ada PHK tenaga kerja di industri alas kaki lebih dari 450.000 orang jika kondisi pasar tidak membaik.

Oleh karena itu, Firman meminta adanya bantuan dari pemerintah untuk menjaga  stabilitas modal kerja pabrikan alas kaki. Menurutnya, saat ini kondisi arus kas pabrikan sudah genting lantaran permintaan kepada industri alas kaki sekitar 5 bulan pada semeter I/2020 hilang.

"Kalau sampai beerapa bulan ini tidak dapat [bantuan dari pemerintah], mau tidak mau sudah ada beberapa parikan yang harus memikirkany next step-nya," ucapnya.

Pihaknya meramalkan pabrikan alas kaki dapat mulai bergerak paling cepat pada medio kuartal III/2020. Hal tersebut dapat terjadi jika permintaan alas kaki di pasar domestik maupun global kembali tumbuh mengingat pergerakan arus barang dan manusia di dunia mulai bergerak.

Adapun, utilitas industri alas kaki pada akhir akhir semester I/2020 berada lebih rendah dari level 30 persen lantaran permintaan global mulai menyusut. Dengan mulai bergeraknya arus barang dan manusia saat ini, Firman masih belum dapat meramalkan utilitas industri alas kaki pada akhir 2020.

"Semuanya tergantung seberapa responsif pasar [dalam negeri] kita terhadap aktivitas ekonomi. Ini yang akan mempengaruhi utilitas. Yang penting, masyarakat berbelanja. Ketika masyarakat berbelanja, ritel bergerak. Ketika ritel bergerak, industri bergerak," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: David Eka Issetiabudi
Terkini