Tolak Integrasi, Kemenhub Ingin Bandara Layani Masyarakat Luas

Bisnis.com,21 Jul 2020, 21:12 WIB
Penulis: Anitana Widya Puspa
Bongkar muat bagasi di Bandara Adi Soemarmo, Boyolali, Jawa Tengah./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tidak akan mengintegrasikan operasional bandara di wilayah yang berdekatan hanya untuk alasan efisiensi, karena tengah mendorong agar perjalanan melalui transportasi udara kembali pulih.

Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Novie Riyanto mengatakan sulit untuk memilih hanya mengoperasikan satu bandara di antara wilayah Jawa Tengah seperti Bandara Jenderal Ahmad Yani di Semarang, Bandara Adi Sumarmo di Solo, ataupun Yogyakarta International Airport di Yogyakarta. Hal itu dikarenakan lokasinya di kota berbeda dan masyarakat terpaksa harus menggunakan moda transportasi lanjutan untuk melanjutkan perjalanan.

Saat ini, pemerintah juga meyakini pengguna transportasi udara akan bergerak kembali secara perlahan dengan memenuhi protokol kesehatan. Pemerintah memberikan keleluasaan bagi maskapai, operator bandara dan operator navigasi bekerja sama untuk menciptakan penerbangan aman.

“Kalau mau ke Yogyakarta ke Semarangnya masih harus lanjutin lagi. Ini malah susah. Kami tidak pernah ada rencana untuk menutup operasional bandara. Kami harus melayani dan membuka selebar-lebarnya,” katanya, Selasa (21/7/2020).

Kondisi berbeda, tekan Novie untuk Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng yang memiliki banyak terminal tetapi karena rendahnya pergerakan, maka hanya sejumlah terminal yang dioperasionalkan termasuk pengurangan jam operasional. Namun, dia memastikan seiring dengan membaiknya pergerakan di bandara berkode CGK tersebut, maka status operasi bandara akan berangsur-angsur normal.

Pasalnya, Novie menjelaskan saat ini pergerakan Bandara Soekarno-Hatta telah mulai mencapai 40 persen dibandingkan dengan masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Sebelumnya, operator bandara disarankan melakukan langkah luar biasa selama pandemi Covid-19 guna mengurangi kerugian dengan mengintegrasikan operasional hanya satu bandara di wilayah yang berdekatan.

Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio mencontohkan untuk bandara A. Yani Semarang, Yogyakarta International Airport, Adi Sucipto dan Adi Sumarmo tidak semestinya dioperasionalkan semua hingga situasi normal. Dari sejumlah bandara yang beroperasional di wilayah berdekatan, operator bisa menentukan saja salah satu yang paling murah biaya operasinya, alat navigasinya lengkap, ekonomis dan tersedia pelayanan transportasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini