Operator Telko Agresif, Solusi Tunas Pratama (SUPR) Yakin Kinerja Bakal Mentereng

Bisnis.com,22 Jul 2020, 14:33 WIB
Penulis: Lorenzo Anugrah Mahardhika
Pemandangan daratan dan lautan dari atas menara telekomunikasi yang dimiliki oleh PT Solusi Tunas Pramata Tbk. Sektor telekomunikasi yang moncer selama pandemi covid-19 membuat perusahaan yakin target pendapatan hingga akhir tahun bisa tumbuh 7-9./stptower.com

Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis telekomunikasi yang moncer di tengah pandemi virus corona (Covid-19) membuat emiten menara PT Solusi Tunas Pratama Tbk. yakin bisa mencetak pertumbuhan pendapatan 9 persen sepanjang tahun ini. 

Presiden Direktur Solusi Tunas Pratama Nobel Tanihaha mengatakan, perusahaan tidak menanggung dampak yang terlalu besar di tengah pandemi virus corona yang terjadi. Kegiatan bisnis perusahaan dinilai masih mumpuni selama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“Terdampaknya kami rasa hanya di operasional saja, karena PSBB, pengerjaan proyek atau pemasangan kabel serat optik menjadi terganggu,” ujarnya dalam paparan publik perusahaan secara daring, Rabu (22/7/2020).

Hal tersebut membuat emiten berkode saham SUPR ini optimistis dapat mencatat pertumbuhan pendapatan di kisaran 7 persen hingga 9 persen. Meski demikian, Nobel belum dapat merinci angka pasti dari pertumbuhan pendapatan dan laba usaha perusahaan pada tahun 2020.

Dari sisi bisnis, Nobel mengatakan adanya kenaikan permintaan di sejumlah lini usaha. Upaya operator telekomunikasi untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan kapasitas berimbas pada naiknya angka penyewaan menara.

Sementara itu, permintaan konektivitas broadband nirkabel akan meningkatkan permintaan konektivitas serat oleh semua perusahaan telekomunikasi dan penyedia konektivitas lainnya. Nobel mengatakan, klien perusahaannya, seperti Telkomsel, XL, Indosat Ooredoo dan 3 memiliki program berkelanjutan untuk membuat fiber dari menara.

Pemberlakuan PSBB juga berdampak pada perkembangan Fiber To The Home (FTTH) yang agresif. Hal ini karena permintaan yang bergeser ke broadband perumahan seiring dengan pemberlakuan work from home (WFH).

“Dengan adanya kenaikan permintaan ini, kami siap menganggarkan belanja modal hingga Rp800 miliar agar dapat mengejar target pertumbuhan,” katanya.

Nobel menuturkan, bisnis kolokasi masih akan menjadi motor utama SUPR untuk mendorong kinerja perusahaan. Pada tahun 2019, SUPR mencatatkan rasio sewa sebanyak 1,75 kali atau lebih baik dibandingkan dengan capaian pada 2018 sebanyak 1,64 kali.

“Tahun lalu memang record year perusahaan untuk bidang ini. Kami akan berupaya melewati catatan tersebut di tengah kenaikan permintaan yang terjadi,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini