Tahan Tren Penurunan Investasi, Ini Syaratnya

Bisnis.com,22 Jul 2020, 19:11 WIB
Penulis: Iim Fathimah Timorria
Foto aerial pelabuhan peti kemas Koja di Jakarta. (25/12/2019). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA- Penanggulangan wabah Covid-19 tetap menjadi kunci untuk mencegah penurunan tren investasi yang lebih dalam. Meski demikian, upaya tersebut tak serta-merta membatasi usaha pemulihan ekonomi.

“Penanggulangan Covid-19 bisa berjalan dengan pemulihan ekonomi. Karena bagaimanapun, aktivitas ekonomi termasuk penanaman modal tidak akan terjadi jika iklim bisnis belum kondusif,” kata Peneliti Senior Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah, Rabu (22/7/2020).

Piter mengemukakan bahwa penurunan investasi merupakan suatu keniscayaan di tengah ketidakpastian. Menurutnya, untuk saat ini pemerintah sebaiknya berfokus pada pencegahan terjadinya krisis ekonomi serta pembenahan iklim bisnis sehingga investasi dapat dipacu ketika pandemi berhasil ditanggulangi.

“Selama wabah Covid-19 masih ada, jangan berharap ekonomi akan kembali ke situasi sebelum pandemi, atau investasi bisa tumbuh positif. Penanganan Covid-19 dan ekonomi secara bersama bukan berarti kita kembali ke situasi sebelum pandemi atau normal, tapi lebih ke konteks menjaga daya tahan ekonomi kita,” ungkapnya.

Di lain pihak, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto berpendapat peluang Indonesia untuk mencapai target investasi masih terbuka jika aktivitas perekonomian di kuartal III mulai menggeliat. Menurutnya, para investor tidak harus menunggu sampai situasi pulih untuk kembali berinvestasi.

“Kalau di kuartal III ada tanda-tanda ekonomi membaik maka investasi akan segera masuk. Agar terealisasi perlu ada percepatan realisasi pemulihan ekonomi nasional,” kata Eko.

Pemulihan ekonomi nasional sendiri dinilai Eko tidak bisa dilakukan secara business as usual. Namun perlu akseleratif agar ekonomi kuartal III dapat tumbuh positif.

Dia pun mengemukakan peluang menangkap investasi relokasi dari China juga masih terbuka bagi Indonesia. Meski demikian, dia menggarisbawahi perlunya menekan biaya-biaya investasi yang membuat poin Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia buruk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini