Geliat Ekspor Produsen Sarung Tangan Mark Dynamics Indonesia (MARK)

Bisnis.com,23 Jul 2020, 13:23 WIB
Penulis: Ria Theresia Situmorang
Produk PT Mark Dynamics Indonesia Tbk./markdynamicsindo.com

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten cetakan sarung tangan PT Mark Dynamics Indonesia Tbk. (MARK) tampaknya akan mendapat kelimpahan berkah pada tahun pandemi ini.

Pasalnya, setelah melaporkan kinerjanya yang moncer pada kuartal pertama 2020, perseroan kembali memproyeksikan kenaikan pendapatan pada periode April hingga Juni tahun ini.

Sebagai gambaran, hingga akhir Maret 2020, emiten berkode saham MARK tersebut mencatatkan kenaikan pendapatan 9,94 persen secara tahunan menjadi Rp96,81 miliar.

Dari situ, laba tahun berjalan yang dapat diatribukan kepada pemilik entitas induk juga naik tipis 1,34 persen menjadi Rp23,36 miliar.

Presiden Direktur Mark Dynamics Ridwan Goh pun mengatakan kinerja penjualan ekspor yang menjadi tulang punggung bisnis perseroan tidak mengalami hambatan selama periode pandemi awal tahun ini.

“Untuk penjualan ekspor sepanjang kuartal kedua tidak mengalami gangguan dengan komposisi penjualan ekspor sebesar 95 persen dan penjualan lokal sebesar 5 persen,” ujar Ridwan kepada Bisnis, Kamis (23/7/2020).

Menurut catatan Bisnis, Hartalega NGC Sdn Bhd dan Hartalega Sdn Bhd yang bermarkas di Malaysia merupakan konsumen utama perseroan. Besaran pendapatan yang diterima MARK dari kedua perusahaan tersebut adalah 45,66 persen dari total pendapatan pada kuartal pertama tahun ini.

Adapun, Malaysia adalah produsen sarung tangan terbesar di dunia. Hartalega Holdings Berhad, induk usaha dari Hartalega NGC Sdn Bhd dan Hartalega Sdn Bhd adalah emiten yang tercatat dalam bursa Malaysia, Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE). Emiten dengan kode saham HARTA tersebut adalah manufaktur sarung tangan terbesar di dunia yang memproduksi 30 miliar sarung tangan per tahun.

Pada masa awal pandemi, pemerintah Malaysia telah menetapkan kebijakan lockdown. Kendati demikian, pemerintah Malaysia mengizinkan perusahaan yang bergerak di bidang alat kesehatan untuk beroperasi dengan syarat hanya mempekerjakan tenaga kerjanya sebesar 50 persen.

Oleh karena itu, MARK yang memiliki pangsa pasar 35 persen cetakan sarung tangan karet di dunia memutuskan untuk menurunkan kapasitas produksi menjadi 600.000 pieces per bulan selama kurun waktu dua bulan pertama awal pandemi dengan mengurangi jam lembur karyawan untuk mendukung program jaga jarak fiphysical distancing

Namun, MARK nyatanya mampu mengalihkan tujuan penjualannya ke pasar China. Disebutkan bahwa MARK juga menerima permintaan dari China dengan nilai nominal US$4 juta setara dengan 15,7 persen dari total pendapatan tahun 2019. 

Di sisi lain, Malaysia telah melonggarkan peraturan lockdown dimana menurut surat tertanggal 27 Maret kepada para anggota Asosiasi Produsen Sarung Tangan Karet Malaysia, Kementerian Perdagangan Internasional dan Industri (MITI) mengizinkan pabrik-pabrik sarung tangan kembali beroperasi penuh mulai 1 April dengan syarat-syarat yang ketat untuk tetap memenuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Karenanya, manajemen tetap optimis kinerja pendapatan pada kuartal kedua tahun ini pasti membaik dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Target pendapatan untuk tahun 2020 secara konsolidasi diperkirakan sekitar Rp430 miliar dengan laba bersih sekitar Rp 110 miliar,” tutup Ridwan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini