Ini Siasat IPC Hadapi Pandemi dan Resesi Global

Bisnis.com,24 Jul 2020, 16:21 WIB
Penulis: Rinaldi Mohammad Azka
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC tengah menjajal upaya menggunakan produk suku cadang dalam negeri untuk seluruh peralatannya. Efisiensi ini di tengah potensi resesi global dan pandemi Covid-19.

Direktur Utama IPC Arif Suhartono mengatakan pihaknya tengah menjajal upaya efisiensi biaya belajar dari kondisi pandemi Covid-19 yang memicu risiko resesi global ini. Pasalnya, aktivitas barang dan industri sempat terhambat, sehingga turut menjadi masalah terhadap kegiatan perawatan peralatan di IPC.

"Kami ingin mendomestikan semua peralatan pelabuhan bisa 80-90 persen shifting ke domestik. Saat ini, Pelindo I, II, III, dan IV, lebih bagus komunikasinya, jadi bisa koordinasi agar skala lebih besar, jadi bisa industri dalam negeri mengisi kebutuhan kami," jelasnya dalam diskusi virtual Forum Wartawan BUMN, Jumat (24/7/2020).

Dia mengaku sudah bicara dengan pelaku industri lokal dan sudah menyatakan siap mendukung perawatan peralatan pada kegiatan industri pelabuhan dengan skala produksi yang tepat.

Menurutnya, paling tidak ada tiga hal positif yang didapat dari konsep meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dari peralatan pelabuhan. Dengan meminta pesanan ke industri domestik, ada tenaga kerja tercipta, minimal tidak terjadi PHK bahkan dapat tambah tenaga kerja.

"Bicara makro, ini bisa membantu mengurangi neraca pembayaran pemerintah karena mengurangi impor dengan substitusi dalam negeri. Biasanya, suku cadang diimpor karena industri dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut," paparnya.

Di sisi lain, tentu meningkatkan TKDN ini mengurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan. Pihaknya pun sudah sepakat di internal IPC dan akan mengajak Pelindo I, III, dan IV untuk turut serta.

Dia mencontohkan pembelian ban di industri dalam negeri hanya membuat ukuran kecil, sementara kebutuhannya ukuran besar dan tidak ada yang memproduksi, sehingga mesti impor.

Dengan skala produksi yang besar, industri karet dalam negeri terangnya, sudah berkomitmen mau mengakomodir kebutuhan tersebut. Dengan demikian, dia hanya perlu mengumpulkan sesama perusahaan yang membutuhkan suku cadang tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini