Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. menjadi salah satu bank dengan realisasi restrukturisasi kredit paling tinggi hingga Juni 2020. Namun, indikasi perbaikan di sektor riil mulai tampak dari penurunan permintaan restrukturisasi secara bertahap.
Sekretaris Perusahaan BRI Aman Sukriyanto memaparkan sejak 16 Maret hingga 6 Juli 2020, perseroan telah merestrukturisasi kredit senilai Rp177,3 triliun kepada 2,88 juta debitur yang terdampak Covid-19.
“Kami tentu berharap upaya-upaya penyelamatan UMKM [Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah] yang dilakukan BRI dapat berhasil dengan baik sehingga tidak menjadi NPL [non-performing loan],” katanya kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.
Meski nilai restrukturisasi kredit secara kumulatif cukup tinggi, dia menyatakan mulai adanya indikasi perbaikan aktivitas ekonomi di sentra-sentra UMKM. Hal ini terlihat dari restrukturisasi kredit yang mulai melambat pada Juni.
Dia memaparkan hal ini terlihat dari fokus aktivitas tenaga pemasar mikro BRI yang pada April dan Mei berfokus pada restrukturisasi kredit. Sepanjang periode itu, fokus pemasaran di segmen mikro adalah 80 persen restrukturisasi dan 20 persen ekspansi.
“Memasuki bulan Juni, kondisinya mulai berbalik menjadi 66 persen ekspansi kredit dan restrukturisasi kredit hanya sebesar 34 persen,” katanya.
Kendati demikian, kondisi pandemi telah mengubah strategi dan target penyaluran kredit perseroan pada tahun ini. Dia menyatakan, kini perseroan memangkas target pertumbuhan kredit menjadi sekitar separuh dari target yang dicanangkan sebelumnya.
“BRI merevisi target pertumbuhan kredit pada tahun ini menjadi 5 persen karena dampak pandemi virus Corona. Sebelumnya, kami mematok pertumbuhan kredit sebesar 10-11 persen,” katanya.
Adapun, sektor-sektor debitur yang akan menjadi prioritas penyaluran kredit BRI ke depannya adalah debitur di sektor pangan, pertanian, alat kesehatan dan obat-obatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel