Antisipasi Perubahan Peta Perdagangan Global, Indonesia Persiapkan Diri

Bisnis.com,28 Jul 2020, 15:37 WIB
Penulis: Iim Fathimah Timorria
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia terus mempersiapkan diri untuk mengantisipasi perubahan peta perdagangan global akibat pandemic Covid-19 dan konfik geopolitik antara Amerika Serikat dengan China.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Kasan mengatakan salah satu cara mengembalikan kekuatan pasar adalah dengan menyelesaikan negosiasi perjanjian dagang.

“Pertama kami ingin mendorong pelaku usaha dan kerja sama dengan kementerian/lembaga untuk mengoptimalisasi perjanjian yang sudah berlaku seperti ke Jepang, maupun yang akan memasuki proses legalisasi,” jelasnya dalam dalam Mid-Year Economic Outlook 2020, Selasa (28/7/2020).

Menurutnya, perjanjian ini akan memberi akses pasar bagi dunia usaha. Dia pun memberi contoh perjanjian yang sudah selesai negosiasi dan siap ditandatangani misalnya ke Korsel.

Sementara di kawasan ada Asean dan beberapa mitra, yang diharapkan selesai misalnya Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

“Ini kita harap pelaku usaha bisa manfaatkan dan tentunya selama Covid-19, Kemendag [Kementerian Perdagangan] terus aktif melakukan upaya peningkatan ekspor, termasuk mengurangi hambatan di negara tujuan ekspor,” tambahnya.

Namun, yang patut diwaspadai adalah meningkatnya hambatan dagang melalui tarif atau non-tarif selama pandemi saat ini.

“Kami mendapat info bahwa produk kita pun menghadapi tantangan hambatan dagang. Di China bahkan ada assessment untuk produk apakah bebas Covid-19 atau tidak. Langkah selanjutnya adalah melakukan review terhadap perjanjian yg sudah dijalankan, apakah membawa dampak negatif atau tidak,” urainya.

Selain itu, Kasan mengungkapkan pihaknya juga mulai bersiap diri dalam menghadapi perubahan peta perdagangan global. Salah satunya dengan adanya fenomena relokasi industri dari China ke sejumlah negara, termasuk Indonesia.

“Dengan fenomena [ini], yang akan terjadi, kita mempersiapkan diri untuk memperoleh relokasi perusahaan dari China, Jepang, Jerman karena tidak ingin memusatkan di China. Dari sisi kita sendiri, dengan banyaknya akses pasar dan berbagai negara, itu akan menambah partisipasi kita,” tekannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Amanda Kusumawardhani
Terkini