Harga Minyak Melemah Jadi Momentum Akuisisi Lapangan Migas

Bisnis.com,28 Jul 2020, 09:52 WIB
Penulis: Muhammad Ridwan
Ilustrasi - Penampakan proyek pengembangan Lapangan gas Buntal-5 oleh Medco E&P Natuna Ltd. Istimewa - Dok. SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA - Pelemahan harga minyak dunia bisa menjadi momentum untuk PT Pertamina (Persero) mengakuisisi blok migas di luar negeri.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengatakan bahwa apabila kondisi keuangan Pertamina memungkinkan, pada saat ini menjadi momentum yang sangat tepat untuk memperbesar porsi blok migas di luar negeri.

"Dengan harga yang turun nilai akuisisi relatif lebih rendah," katanya kepada Bisnis, Senin (27/7/2020).

Pertamina, kata Komaidi, bisa memanfaatkan penyerapan dana dari eskternal jika tidak memiliki anggaran yang cukup agar momentum saat ini bisa dimanfaatkan dengan baik.

"Misal utang, kemitraan, atau penyertaan dari perintah," jelasnya.

berpendapat, untuk wilayah kerja (WK) di dalam negeri, kepemilikan Pertamina akan meningkat dengan sendirinya.

Selain itu, apabila merujuk pada cadangan dan produksi WK dalam negeri, tren yang menunjukkan tren penurunan.

"Mau tak mau harus go internasional, selama ini sudah di Aljazair, Perancis, menurut saya opsi ekspansi keluar harus diberikan porsi yang lebih klu dalam negara kan porsinya segitu-segitu saja," katanya.

Dia menambahkan, untuk menambah cadangan di dalam negeri, perlu adanya kegiatan eksplorasi yang sangat masif.

Tidak hanya itu, risiko eksplorasi di dalam negeri semakin tinggi mengingat sisa cadangan baru yang ada berada di Indonesia bagian timur yang belum memiliki infrastruktur yang mencukupi.

"Tapi ada kendala, kasus bu Karen [Karen Agustiawan] jadi catatan internal bahwa tidak mudah, sektor migas risiko cukup tinggi," jelasnya.

Ssbelumnya, Pertamina menyebutkan sedang gencar menjalankan aksi akuisisi blok migas untuk menambah cadangan energi dalam negeri.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa upaya penambahan sumber daya tersebut seiring dengan meningkatkan kebutuhan yang disebabkan dengan peningkatan kapasitas kilang di dalam negeri.

Selain itu, Nicke menyatakan bahwa produksi dan cadangan atau reserve to production ratio minyak dan gas bumi yang dimiliki hanya tersisa untuk 7 tahun ke depan.

"Kalau tidak temukan cadangan baru atau akuisisi maka dalam 7 tahun cadangan akan habis," katanya pada Minggu (26/7/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: David Eka Issetiabudi
Terkini