Covid-19 China, Selasa Cetak Angka Tertinggi dalam 3,5 Bulan

Bisnis.com,29 Jul 2020, 10:41 WIB
Penulis: Newswire
Ilustrasi-Anggota tim dari organisasi sipil untuk penyelamatan Beijing Blue Sky Rescue (BSR) melakukan disinfeksi di pasar grosir Yuegezhuang di Beijing, China, Selasa (16/6/2020)./Antara/Xinhua

Bisnis.com, SHANGHAI - Gelombang baru serangan wabah Covid-19 sedang terjadi di kawasan China.

Pada Selasa (28/7/2020) dilaporkan sebanyak 101 kasus baru virus Corona muncul di China daratan.

Jumlah tersebut merupakan angka tertinggi selama lebih dari 3,5 bulan, menurut Komisi Kesehatan Nasional China, Rabu (29/7/2020).

Negara di seluruh dunia sedang bergelut dengan pasang surut infeksi virus Corona.

China langsung bertindak cepat untuk meredakan ledakan kasus dengan melakukan pelacakan kontak dan menutup kembali daerah-daerah terdampak.

Akhir-akhir ini, banyak kasus baru berasal dari ujung kawasan Xinjiang, tempat 89 kasus dilaporkan pada Selasa (28/7).

Satu kasus Covid-19 tercatat di Beijing, sementara tiga kasus lainnya merupakan kasus impor, menurut pernyataan otoritas kesehatan.

China juga melaporkan 27 pasien COVID-19 tanpa gejala pada Selasa dibandingkan 34 kasus sehari sebelumnya.

Hingga Selasa, otoritas kesehatan melaporkan total 84.060 kasus terkonfirmasi COVID-19 dengan 4.634 kematian di China.

Sebelumnya, pada Senin (27/7) China melaporkan angka kasus baru infeksi Covid-19 terbanyak dalam lebih dari empat bulan.

Lonjakan angka kasus baru ini adalah yang terburuk sejak China mampu membendung wabah Covid-19 pertama pada Maret, yang berpusat di kota Wuhan, provinsi Hubei.

Dari 61 kasus yang dilaporkan pada Senin (27/7/2020), 57 adalah kasus lokal dengan 41 kasus datang dari Xinjiang, provinsi bagian barat yang penuh dengan permasalahan politik.

Sisanya ditemukan di sekitar timur laut provinsi Liaoning, berpusat di kota pelabuhannya Dalian. Kasus-kasus yang terkait dengan Dalian telah menyebar ke beberapa kota di tiga provinsi timur laut, serta provinsi selatan Fujian.

Perkembangan tersebut menggarisbawahi kekhawatiran untuk mencegah datangnya gelombang baru infeksi, bahkan oleh negara dengan respons yang cepat dan ganas seperti China.

Penyebaran baru infeksi virus Corona tampak di seluruh wilayah Asia Pasifik dan beberapa bagian Eropa karena relaksasi langkah-langkah social distancing memungkinkan virus mematikan tersebut berakar kembali dengan cepat.

Terlepas dari keberhasilan menahan gelombang pertama yang menginfeksi lebih dari 80.000 orang secar nasional, infeksi Corona muncul kembali di tempat-tempat mulai dari pusat manufaktur selatan Guangzhou hingga pusat politik yang sangat penting di Beijing.

Infeksi pertama yang terdeteksi di klaster Dalian menjangkiti seorang pria berusia 58 tahun yang bekerja di fasilitas pengolahan makanan laut impor.

Hal ini memicu lebih banyak reaksi di kalangan konsumen China terhadap barang-barang makanan beku yang dikirim dari luar negeri.

Selama wabah di Beijing bulan lalu, jejak virus telah terdeteksi pada talenan dari vendor yang menangani salmon impor.

Sejak itu, China telah berulang kali menemukan jejak virus dalam kemasan udang impor, yang menimbulkan kekhawatiran bahwa kebangkitan terbaru dalam beberapa hal terkait dengan impor yang terkontaminasi.

Tapi para ilmuwan mengatakan tidak ada bukti bahwa perdagangan makanan global dapat menularkan Corona.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini