Hadirnya BBM Nabati Penting untuk Indeks Ketahanan Energi Nasional

Bisnis.com,29 Jul 2020, 12:27 WIB
Penulis: Muhammad Ridwan
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional Djoko Siswanto memaparkan proses penjaringan delapan Anggota DEN 2010 - 2025/ Istimewa - ESDM

Bisnis.com, JAKARTA - Dewan Energi Nasional menyebutkan pengembangan bahan bakar berbasis nabati bisa meningkatkan ketahanan energi nasional.

Sekretaris Dewan Energi Nasional Djoko Siswanto menjelaskan, indeks ketahanan energi nasional Indonesia hingga tahun ini masih berada pada level 6.44 yang dikategorikan masih tahan.

Ketahanan enegi nasional dalam negeri saat ini ditopang oleh berbagai sumber daya mulai dari energi fosil seperti batu bara, minyak, dan gas bumi, sedangkan dari energi baru terbarukan ditopang oleh panas bumi, angin, matahari, serta biofuel.

"Nah saat ini kita angkanya indeks ketahanan energi 6,44 nanti kalau ada D100 itu otomatis meningkatkan indeks ketahanan energi. Kita ingin di 7.99 jadi nanti kalau semua bahan bakar nabati sudah bisa memproduksi seluruh jenis BBM," katanya pada Rabu (29/7/2020).

Selain itu, Djoko menyebut pengembangan BBM nabati bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi impor BBM.

Pasalnya, Indonesia masih mengimpor untuk BBM jenis solar berkualitas tinggi, meskipun Djoko mengungkapkan untuk solar subsidi Indonesia sudah tidak lagi mengimpor.

"D100 bisa terdstribusi secara umum kualitas bagus akan kurangi impor jenis solar kualitas tinggi Euro 5 dan 6 kita ikuti standar internasiol menuju ramah lingkungan," jelasnya. ‘

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) telah berhasil mengolah Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) 100 persen yang menghasilkan produk green diesel (D100) mencapai 1.000 barel per hari di fasilitas existing Kilang Dumai.

RBDPO adalah minyak kelapa sawit atau CPO yang telah diproses lebih lanjut sehingga hilang getah, impurities dan baunya.

Uji coba pengolahan produksi yang dilakukan pada 2 - 9 Juli 2020 tersebut merupakan ujicoba ketiga setelah sebelumnya melakukan uji coba mengolah RBDPO melalui co-processing hingga 7.5 persen dan 12,5 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: David Eka Issetiabudi
Terkini