Singapore Airlines Rugi Besar, Harga Saham Jatuh

Bisnis.com,30 Jul 2020, 12:41 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Pesawat Boeing 787-10 milik maskapai Singapore Airlines tiba di Bandar Udara Changi Singapura, Rabu (28/3). Pesawat tersebut produksi pabrik di North Charleston, South Carolina./JIBI-Saeno Abdi

Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham Singapore Airlines jatuh ke level terendah dalam lebih dari 21 tahun setelah maskapai Singapura ini membukukan rugi kuartalan terbesar karena dampak pandemi Covid-19 terhadap travel.

Berdasarkan data Bloomberg, saham Singapore Airlines anjlok 5,1 persen menjadi S$3,35, harga intraday terendah sejak September 1998, kemudian diperdagangkan di S$3,39 pada perdagangan Kamis (30/7/2020) pukul 10.48 waktu Singapura.

Sementara itu, kerugian bersih pada kuartal yang berakhir Juni 2020 mencapai S$1,12 miliar (US$815 juta), dibandingkan dengan laba bersih sebesar S$111 juta pada periode yang sama setahun sebelumnya.

Kebijakan lindung nilai untuk bahan bakar (fuel hedging) yang dilakukan perusahaan menyebabkan kerugian sebesar S$535 juta pada kuartal tersebut, selain rugi sebesar S$127 juta dari likuidasi NokScoot Airlines Co.

Adapun, penjualan yang dibukukan perusahaan anjlok 79 persen menjadi S$851 juta dan traffic (diukur dari pendapatan penumpang per kilometer) terjerembap 99,5 persen.

Kapasitas penumpang pada akhir kuartal kedua diproyeksi untuk mencapai sekitar 7 persen dari level sebelum Covid-19. Perusahaan menyatakan hanya mengerahkan 32 dari 213 armada pesawat penumpang.

Pelemahan saham Singapore Airlines membawanya menjadi yang terburuk pada perdagangan Kamis (30/7) dalam indeks maskapai penerbangan Bloomberg di kawasan Asia Pasifik.

Trafik udara di seluruh dunia telah terdampak karena pandemi Covid-19 menyebabkan kontrol perbatasan yang ketat dan banyak wisatawan enggan untuk bepergian.

Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) pada Selasa (28/7/2020) mengatakan industri penerbangan sangat kecil kemungkinan akan pulih sepenuhnya sebelum tahun 2024.

Situasi ini, pada khususnya, lebih buruk bagi maskapai seperti Singapore Airlines yang tidak memiliki pasar domestik untuk menahan pukulan tersebut.

Singapore Airlines hanya beroperasi di 24 kota sebelum akhir Juni. Anak perusahaannya, SilkAir, menghentikan sebagian besar operasi kecuali untuk penerbangan ke Chongqing, China, serta menangguhkan penerbangan ke pulau resor Koh Samui di Thailand.

Adapun, unit maskapai Singapore Airlines yang bertarif rendah Scoot mengoperasikan jaringan minimal ke kota-kota seperti Hong Kong dan Perth, Australia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hadijah Alaydrus
Terkini