Rezim Bunga Rendah The Fed Berlanjut, Wall Street Melonjak

Bisnis.com,30 Jul 2020, 06:16 WIB
Penulis: Rivki Maulana
Tanda Wall Street tampak di depan Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham Amerika Serikat mendapat angin segar setelah The Federal Reserve mempertahankan tingkat bunga acuan di rentang 0 persen hingga 0,25 persen. 

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 naik 1,24 persen sedangkan indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,61 persen. Indeks Nasdaq Composite juga naik 1,35 persen. Dalam sebulan, tiga indeks saham acuan itu mencetak kenaikan 3,69 persen hingga 6,77 persen.

Keputusan The Fed, seperti yang telah banyak diprediksi-juga membuat dolar melanjutkan tren pelemahan dan di sisi lain mengerek harga emas yang sudah memecahkan rekor harga tertinggi sejak 2011. 

Gubernur The Fed Jerome Powell menegaskan, The Fed akan tetap mengucurkan stimulus dalam bentuk pembelian obligasi dan efek beragun aset selama beberapa bulan mendatang. The Fed bakal menggunakan instrumen apapun yang dibutuhkan untuk memulihkan perekonomian dari dampak pandemi.

"Ke depan perekonomian kita benar-benar tidak pasti dan sebagian besar akan tergantung pada keberhasilan kita dalam menangani penyebaran virus," ujarnya dalam konferensi pers virtual seperti dilansir dari Bloomberg.

Dia menambahkan, untuk mendukung pemuliha ekonomi dibutuhkan stimulus fiskal dan moneter. Saat ini negosiasi dengan Kongres AS telah berlangsung. Nilai stimulus sebelumnya yang diajukan mencapai US$1 triliun.

Chief U.S Economist di Oxford Economics Gregory Daco mengatakan pernyataan Powell sangatlah tepat dan dia memuji bahwa memang diperlukan stimulus fiskal untuk memulihkan perekonomian. 

"Dia berbicara jujur tentang urgensi stimulus fiskal untuk mendukung pemulihan [ekonomi] dan mencegah resesi ganda," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg.

Chief investment strategist Charles Schwab Corp.’s Liz Ann Sonders menyampaikan kendati saham sedang tren menanjak, kinerja laporan keuangan mungkin akan gagal memberikan dukungan untuk reli lanjutan.

"Pada akhirnya dibutuhkan kinerja perusahaan untuk membenarkan lonjakan saham yang sedang terjadi," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rivki Maulana
Terkini