Menhub Budi: Pelabuhan Nusa Penida dan Ceningan Rampung 2021

Bisnis.com,03 Agt 2020, 16:36 WIB
Penulis: Rinaldi Mohammad Azka
Pemandangan pesisir Pulau Nusa Penida dari salah satu puncaknya./Bisnis-Feri Kristianto

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menargetkan pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Nusa Penida dan Nusa Ceningan dengan investasi Rp195,3 miliar akan selesai pada 2021.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama Gubernur Provinsi Bali I Wayan Koster melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking dua pelabuhan penyeberangan yaitu Pelabuhan Sampalan di Pulau Nusa Penida serta Pelabuhan Bias Munjul di Pulau Nusa Ceningan, Kabupaten Klungkung Provinsi Bali.

Inisiasi pembangunan kedua pelabuhan tersebut untuk mendukung pariwisata di Bali, karena keduanya termasuk ke dalam Pelabuhan Segitiga Emas (Sanur, Nusa Penida dan Nusa Ceningan/Lembongan) yang terhubung dengan Pelabuhan Sanur yang terletak di Denpasar.

"Kedua pelabuhan ini bisa selesai dalam waktu sembilan bulan atau pertengahan 2021,” jelasnya dalam siaran pers, Senin (3/8/2020).

Pihaknya telah berkomitmen untuk mendukung bangkitnya pariwisata di Bali setelah mengalami keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Tentunya dengan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Pihaknya telah menggelar rapat secara intensif dengan Pemprov Bali untuk membicarakan dukungan transportasi terhadap pariwisata di Bali seperti konsep super hub tourism, maritim, dan penilitian tentang rencana akses darat menuju Bali Utara.

Sesuai arahan Presiden, terangnya, Bali akan menjadi super hub tourism yang tidak hanya di Indonesia tetapi sampai Asia Tenggara bahkan Australia.

Gubernur Provinsi Bali I Wayan Koster menyebut dengan dibangunnya kedua pelabuhan akan memudahkan aksesibilitas menuju kawasan segitiga emas, sehingga dapat mendorong peningkatan jumlah wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Selain itu, keberadaan pelabuhan juga dapat mendukung aktivitas keagamaan masyarakat Bali.

"Ketika akan ada upacara agama rutin dimana masyarakat se-Bali itu melakukan persembahayangan yang datang dari berbagai kabupaten di Bali. Karena tidak ada pelabuhan, mereka kesusahan untuk naik ke kapal karena harus angkat-angkat kainnya sambil mengusung sesajennya dari berbagai wilayah," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rio Sandy Pradana
Terkini