Menurunnya Ekspor & Impor, Ikut Pengaruhi Kinerja Sektor Transportasi dan Pergudangan

Bisnis.com,06 Agt 2020, 00:00 WIB
Penulis: Anitana Widya Puspa
Pekerja melakukan aktifitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Selasa (19/5/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan volume ekspor dan impor turut menjadi penyebab kontraksi kinerja sektor transportasi dan pergudangan dalam dalam perekonomian Indonesia triwulan II/2020 hingga 30,84 persen secara tahunan atau 29,22 persen secara kuartalan.

Chairman SCI Setijadi menjelaskan salah satu penyebab kontraksi sektor logistik adalah penurunan volume ekspor dan impor. Setijadi menjabarkan ekspor barang dan jasa terkontraksi 11,66 persen sedangkan impor terkontraksi sebesar 16,96 persen (y-o-y).

Meski demikian, lanjutnya, sektor ini tertolong oleh lapangan usaha pertanian yang masih tumbuh sebesar 16,24 persen (q-to-q) sedangkan hampir semua sektor lainnya terkontraksi. Dia mencontohkan sektor perdagangan yang terkontraksi sebesar 7,57 persen.

“Kontraksi ini disebabkan antara lain oleh penutupan gerai-gerai penjualan selama pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai wilayah. Kontraksi perdagangan juga dipengaruhi penurunan permintaan karena penurunan daya beli masyarakat yang berimbas pengurangan aktivitas produksi dan distribusi,” jelasnya, Rabu (5/8/2020).

Ke depannya, Setijadi berpendapat dengan mulai pulihnya perdagangan diharapkan dapat meningkatkan kembali sektor logistik dan perekonomian pada umumnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia triwulan II/2020 mengalami kontraksi sebesar 5,32 persen y-on-y atau 4,19 persen secara kuartalan (q-to-q). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I/2020 terkontraksi 1,26 persen dibandingkan dengan Semester I/2019.

Berdasarkan analisis tersebut, SCI menyebutkan pada periode tersebut sektor logistik (lapangan usaha transportasi dan pergudangan) mengalami kontraksi tertinggi, yaitu sebesar 30,84 persen y-o-y atau 29,22 persen q-to-q.

Kontraksi terbesar sektor logistik pada angkutan udara sebesar 80,23 persen y-o-y, diikuti oleh angkutan rel (63,75 persen); angkutan pergudangan dan jasa penunjang angkutan:pos dan kurir (38,69 persen); angkutan sungai, danau, dan penyeberangan (26,66 persen), angkutan darat (17,65 persen); dan angkutan laut sebesar (17,48 persen).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: David Eka Issetiabudi
Terkini