Nyaris ARA, Saham Pengelola The Duck King (DUCK) Melonjak

Bisnis.com,10 Agt 2020, 19:56 WIB
Penulis: Ria Theresia Situmorang
Chief Operating Officer The Duck King Group Ibin Bachtiar (kanan) bersama Chief Financial Officer Dewi Tio memperlihatkan sajian utama kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten restoran memang tampak terpukul akibat dari penyebaran pandemi Covid-19 pada awal tahun ini. Kendati demikian pergerakan sahamnya cukup atraktif terpantau.

Saham PT Jaya Bersama Indo Tbk. (DUCK) misalnya yang tiba-tiba menguat hingga hampir terkena auto reject atas atau ARA ke level Rp392, naik 78 poin atau 24,82 persen jelang penutupan pasar, Senin (10/8/2020).

Dengan total transaksi sebesar Rp23,9 miliar pada hari, mayoritas pelaku pasar dalam negeri menggunakan broker Mirae Asset Sekuritas tercatat melakukan aksi jual beli saham DUCK hingga akhir sesi perdagangan hari ini.

Dilihat dari kinerja fundamentalnya, pengelola restoran The Duck King itu melaporkan penurunan penjualan 62,08 persen secara tahunan menjadi Rp152,8 miliar pada semester pertama tahun ini.

Dari situ, DUCK membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp26,78 miliar, turun signifikan 71,97 persen secara tahunan.

Sementara itu, PT Pemeringkat Efek Indonesia merevisi outlook atau prospek peringkat kredit perusahaan PT Jaya Bersama Indo Tbk. dari stabil menjadi negatif.

Dalam publikasi yang dikutip Rabu (5/8/2020), Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menjelaskan bahwa revisi prospek untuk mengantisipasi efek jangka panjang dari pandemi Covid-19. Kondisi itu dinilai dapat melemahkan kinerja bisnis dan keuangan perusahaan.

Analis Pefindo Christyanto Wijaya dan Ayuningtyas Nur Paramitasari menjelaskan bahwa perusahaan sangat terpengaruh oleh pandemi yang membuat perusahaan menutup hampir semua gerai. Sebagai dampaknya, pendapatan dan EBITDA emiten berkode saham DUCK itu diperkirakan akan lebih rendah dari proyeksi pada 2020.

Dalam kesempatan yang sama, Pefindo menegaskan peringkat kredit idA- untuk perseroan. Obligor dengan peringkat itu dinilai memiliki kapasitas yang kuat untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang.

“Namun, obligor agak lebih rentan terhadap efek buruk dari perubahan keadaan dan kondisi ekonomi dari obligor berperingkat lebih tinggi. Tanda menunjukkan bahwa peringkat tersebut relatif lemah dalam masing-masing kategori peringkat,” tulis Tim Analis Pefindo.

Pefindo menyebut peringkat kredit DUCK mencerminkan posisi kuat di industri restoran khususnya di segmen rantai makanan China. Perseroan dinilai memiliki margin profitabilitas yang relatif tinggi dan posisi likuiditas yang memadai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hafiyyan
Terkini