Semester I Rugi Rp11,08 Miliar, Ini 4 Strategi Mandiri Tunas Finance Pacu Kinerja

Bisnis.com,11 Agt 2020, 19:17 WIB
Penulis: Wibi Pangestu Pratama
Karyawati melayani nasabah di kantor Mandiri Tunas Finance, Jakarta, Rabu (9/8/2017)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA — PT Mandiri Tunas Finance atau MTF akan fokus menjalankan empat strategi bisnis untuk mendongkrak kinerja pada paruh kedua 2020. Pada paruh pertama tahun ini, perolehan laba perseroan menurun seperti kondisi industri pembiayaan secara keseluruhan.

Direktur Sales dan Distribusi MTF Harjanto Tjitohardjojo menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 sangat memukul kondisi perekonomian masyarakat. Hal itu pun sangat memengaruhi kinerja perusahaan pembiayaan yang sangat bergantung kepada daya beli masyarakat.

Alhasil, pada semester pertama tahun ini MTF membukukan rugi setelah pajak senilai Rp11,08 miliar. Jumlahnya berbalik rugi jika dibandingkan dengan perolehan laba semester I/2019 senilai Rp200,76 miliar.

Menurut Harjanto, pihaknya memiliki empat strategi utama untuk menggenjot kinerja para paruh kedua tahun ini. Pertama, yakni dengan mengawal proses restrukturisasi kepada debitur melalui berbagai kanal komunikasi.

"Kami akan memastikan kebijakan restrukturisasi yang diberikan kepada debitur MTF yang kesulitan, mereka bisa kembali mengangsur setelah masa restrukturisasi berakhir," ujar Harjanto kepada Bisnis, Selasa (11/8/2020).

Dia menjabarkan bahwa total restrukturisasi kredit yang diberikan perseroan dalam kurun April–Juni 2020 mencapai Rp13,5 triliun. MTF akan rutin menjalin komunikasi dengan debitur penerima restrukturisasi melalui pesan singkat, telepon, atau panggilan video.

"Kedua, untuk customer yang tidak mengajukan restrukturisasi, bucket-bucket AR akan kami overdue 1–30 hari, 31–90 hari, dan di atas 91 hari. Kami telah membagi tim, itu untuk menekan non-performing financing [NPF]," ujarnya.

Ketiga, MTF pun akan melakukan efisiensi sejumlah biaya, baik pengeluaran operasional maupun pengeluaran modal. Langkah tersebut menruutnya dilakukan untuk menjaga kualitas arus kas perseroan.

Adapun, strategi keempat yakni dengan mengoptimalkan pembiayaan baru, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Menurut Harjanto, hal tersebut dilakukan melalui pembuatan pameran daring (online), optimalisasi penetrasi ke dealer, dan penggarapan segmen-segmen prospektif.

"Kami akan melakukan penggarapan database mandiri dan penggarapan ke segmen pegawai negeri sipil [PNS] juga karyawan Badan Usaha Milik Negara [BUMN]. Kami pun akan meningkatkan pembiayaan multiguna atau modal usaha melalui agen," ujar Harjanto.

Dia menilai bahwa industri pembiayaan masih akan dipenuhi tantangan selama belum terdapat sinyal positif dari kondisi pandemi Covid-19. Meskipun begitu, perusahaan pembiayaan harus tetap menyusun strategi yang solid untuk menjaga kinerjanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini