Kalbe Farma (KLBF) Targetkan Harga Vaksin Covid-19 Tak Sampai Rp150.000

Bisnis.com,12 Agt 2020, 14:01 WIB
Penulis: Ria Theresia Situmorang
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk. Vidjongtius memberikan paparan saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia, di Jakarta, Selasa (15/5/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) berharap target harga vaksin Covid-19 hasil kerjasama dengan perusahaan bioteknologi asal Korea Selatan Genexine Inc akan cukup terjangkau.

Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan target harga tersebut masih sangat bervariasi tergantung dari perubahan kapasitas produksi dan nilai investasi.

“Target harga memang sangat bervariasi, kita berharap harganya tidak melewati US$10 (atau Rp148.195 dengan asumsi US$1=Rp14.819) per dosis tapi semua masih bisa berubah,” ungkap Vidjongtius dalam webinar virtual bersama Samuel Sekuritas, Selasa (11/8/2020).

Dia menjelaskan uji coba fase satu vaksin Covid-19 diharapkan bisa dirampungkan pada Oktober tahun ini. Perseroan juga bekerjasama dengan konsorsium nasional termasuk Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menyusun protokol uji klinis yang benar dengan durasi 1 sampai 2 bulan.

Adapun, uji klinis fase kedua kemungkinan akan memakan waktu 6 bulan. Sehingga, jika semua proses berjalan sesuai dengan rencana, vaksin sudah dapat didistribusikan pada pertengahan tahun 2021.  

Vidjongtius melanjutkan perseroan memiliki kapasitas finish product yang cukup memadai yakni berkisar 50 hingga 60 juta unit dosis namun di sisi lain perseroan menghadapi tantangan berupa pemenuhan bahan baku karena semua negara kini sedang berebut ingin mendatangkannya ke negara mereka.

“Harus dikombinasi bahan baku impor dan kapasitas yang ada di Indonesia hingga bisa dinikmati masyarakat di Indonesia,” sambungnya.

Di sisi lain, Direktur Keuangan Kalbe Farma Bernadus Karmin Winata mengatakan perseroan hingga saat ini belum berencana untuk menyesuaikan harga berbagai macam produknya terkait dengan sensitivitas forex.

“Menurut saya, kita tidak akan price increase. Kalau kita juga sengaja menaikkan harga pasti ada alasannya karena biasanya didorong oleh bahan baku dan exchange rate yang tidak menentu,” ungkap Bernadus dalam kesempatan yang sama.

Hal ini ditandai oleh komponen bahan baku impor yang mendominasi hampir 70 persen dari beban pokok penjualan perseroan selama ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Aprianto Cahyo Nugroho
Terkini