Pan Brothers Layani Pemilik Merek Garmen Lokal

Bisnis.com,12 Agt 2020, 19:50 WIB
Penulis: Andi M. Arief
Sewing process. Pan Brother tidak gentar dengan ancaman tingginya volume impor kain. /Pan Brother

Bisnis.com, JAKARTA - PT Pan Brothers Tbk. menyatakan siap memasok kebutuhan pemilik merek garmen yang ada di dalam negeri pada semester II/2020.

Vice Chief Executive Officer Pan Brothers Anne Patricia Sutanto menilai hal tersebut akan meningkatkan nilai tambah industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional. Menurutnya, perseroan telah membuka diri ke pasar lokal sejak 2019.

"Kami memang meminta pemerinta kalau ada pembatasan impor, brand-brand lokal tidak usah khawatir mencari supply dari luar negeri karena Pan Brothers juga memasok untuk pasar dalam negeri," katanya dalam konferensi pers virtual, Rabu (12/8/2020).

Selain itu, Anne menyatakan pihaknya tidak gentar dengan ancaman tingginya volume impor kain. Anne percaya diri bahwa produk kain besutan Pan Brothers sangat kompetitif lantaran mampu bersaing dengan negara eksportir kain, seperti VIetnam, China, dan Bangladesh di pasar global.

Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) mendata telah ada praktik impor borongan dengan modus baru sejak akhir kuartal I/2020. Asosiasi menilai kain dari importasi borongan tersebut memperlambat laju pertumbuhan utilisasi industri hulu dan antara TPT nasional.

Bertentangan dengan temuan APSyFI, Anne melaporkan bahwa kontribusi produksi kain perseroan justru meningkat sepanjang semester I/2020 menjadi 4 persen dari total produksi. Angka tersebut lebih tinggi dari realisasi kontribusi produksi kain semester I/2020 di level 2,5 persen.

Walakin, Anne menilai pemerintah harus tetap menindak oknum importir borongan dengan cepat. Pasalnya, tidak semua pabrikan garmen maupun kain lokal memiliki kemampuan produksi yang sama dengan Pan Brothers.

"Impor borongan sangat tidak best practice, [alhasil] banyak [pabrikan kain] selain Pan Brothers yang terdampak dari ini," ujarnya.

Anne berujar pihaknya akan terus meningkatkan kapasitas produksi melalui investasi dalam digitalisasi dan otomatisasi proses produksi. Perseroan, lanjutnya, biasanya mengeluarkan belanja modal sekitar US$10 juta sampai US$15 juta per tahun untuk melakukan digitalisasi maupun otomatisasi tersebut.

Di sisi lain, Anne meramalkan pihaknya akan mengalami pertumbuhan produksi pada tahun ini, Namun demikian, lanjutnya, pihaknya harus memeriksa kembali pertumbuhan penjualan pemilik merek yang dipasok oleh perseroan.

Pasalnya, pada semester I/2020 banyak pemilik merek internasional yang menunda pemesanan. Pada saat yang bersamaan, sebagian pemilik merek internasional memindahkan pasokan garmennya ke perseroan.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memprognosis laju pertumbuhan lapangan usaha industri TPT akan minus sekitar 1 persen pada akhir 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini