Harga Properti Melambat, Pengembang Diversifikasi Produk & Cara Bayar

Bisnis.com,12 Agt 2020, 20:08 WIB
Penulis: Yanita Petriella
Warga melintas di proyek perumahan di Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Rabu (27/5/2020)./Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Tren harga properti residensial bakal terus melambat hingga akhir tahun ini, kata CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda.

Dia mengatakan hal itu dikarenakan menurunnya pembeli dari segmen end user yang cenderung memilih menahan diri demi mengamankan pemenuhan kebutuhan hidupnya di tengah kondisi ekonomi yang terguncang akibat wabah Covid-19.

"Harga akan terus melambat sampai akhir tahun," ujarnya di Jakarta kepada Bisnis pada Rabu (12/8/2020).

Oleh karena itu, para pengembang terus melakukan diversifikasi produk ke harga unit yang lebih rendah dan dengan strategi cara bayar yang lebih fleksibel. "Saat ini bukan momen untuk menaikkan harga terlalu tinggi."

Namun, situasi harga properti yang tengah melambat ini merupakan suatu hal yang positif bagi para investor maupun end user yang memerlukan rumah.  "Dengan kondisi ini pun sebenarnya investor sudah mendapatkan harga yang bagus," ucap Ali.

Marketing Director Agung Podomoro Group Agung Wirajaya mengatakan saat ini terjadi pergeseran kemampuan masyarakat untuk membeli. Kemampuan masyarakat menengah bergeser ke menengah bawah, sedangkan untuk masyarakat menengah atas bergeser ke menengah.

"Justru karena kita lihat pergeseran ini, daya beli ini tetap ada. Hanya bergeser. Dalam kondisi seperti ini kami tidak bisa diam saja, kami terus mencari celah dan opportunity agar kami bisa survive dan memberikan kesempatan kelas menangah untuk mempunyai rumah yang layak," tuturnya.

Direktur PT Ciputra Development Tbk. Harun Hajadi berpendapat harga properti residensial yang tengah menurun ini mengindikasikan bahwa demand sedang agak menurun.

"Kita pengembang ya tetap harus ada penjualan, dengan cara belum menaikkan harga dulu," ujarnya.

Namun demikian, ada beberapa kota yang masih tumbuh penjualan rumahnya seperti Medan dan Semarang.

Menurut Harun, minat pembelian properti saat ini tergantung KPR. Masalah utama sektor properti itu adalah kemampuan membeli. Tanpa KPR, kemampuan membeli properti menjadi rendah sekali. Oleh karena itu, para pengembang sangat ketergantungan dengan KPR. "Kalau KPR-nya mandek, pengembang mati."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini