Bisnis.com, JAKARTA — Sekitar 80 persen perusahaan pembiayaan sempat berhenti menyalurkan kredit pada April–Mei 2020 akibat tekanan pandemi Covid-19 dan kini mulai kembali bergerak penyalurannya. Denyut industri pembiayaan menjadi penting dalam menopang perekonomian masyarakat.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menjabarkan bahwa saat pandemi Covid-19 mulai menghantam Indonesia, hampir seluruh perusahaan pembiayaan terkena imbasnya dan menghentikan penyaluran pembiayaan baru. Sementara, 20 persen perusahaan lainnya pun menurun volume pembiayaannya.
Menurutnya, perusahaan-perusahaan yang dapat bertahan itu di antaranya adalah perusahaan yang berafiliasi dengan perbankan atau memperoleh sokongan modal dari perbankan. Kondisi menjadi cukup sulit bagi perusahaan-perusahaan yang sumber pendanaannya berasal dari pihak lain.
"Kami tahu siapa saja yang masih support pembiayaan, itu yang berafiliasi dengan perbankan dan terkait dengan agen tunggal pemegang merek [ATPM], sehingga harus menjual produknya," ujar Suwandi pada Rabu (12/8/2020).
Meskipun hampir seluruh lini bisnis memiliki nafas yang tersengal-sengal, dia menjelaskan bahwa terdapat sejumlah lini yang relatif tidak mengalami gangguan. Di antaranya adalah pembiayaan infrastruktur oleh perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau SMI.
Suwandi menilai terus berjalannya sejumlah pembangunan membuat kinerja SMI relatif tidak terganggu. Hal serupa pun terjadi kepada perusahaan-perusahaan swasta yang menyalurkan pembiayaan khusus sehingga bisnisnya relatif tidak terganggu.
Sayangnya, lini bisnis yang sanggup bertahan itu kontribusinya tidak begitu besar sehingga kinerja industri pembiayaan secara keseluruhan tetap terhambat. Industri pembiayaan yang didominasi swasta pun mengandalkan restrukturisasi untuk menjaga tingkat non-performing financing (NPF) dan strategi lain untuk menjaga arus kas.
Selain SMI, terdapat perusahaan pembiayaan lain yang berpelat merah, yakni PT PANN Multi Finance (Persero) yang bergerak dalam pembiayaan kapal. Mati segan hidup tak mau, perusahaan itu pun tidak memberikan kontribusi terhadap industri pembiayaan.
Menurut Suwandi, seiring dibukanya aktivitas bisnis secara perlahan, perusahaan multifinance pun mulai menyalurkan pembiayaan baru. Menurutnya, saat ini sekitar 30 persen–40 persen perusahaan telah kembali masuk ke pasar.
"Kebanyakan yang terdampak perusahaan skala menengah dan kecil, sekarang kembali menyalurkan pembiayaan baru, tergantung likuiditas perusahaannya. Yang menarik, perusahaan kecil bukan tidak booking lagi, ada tapi nilainya sangat kecil," ujar Suwandi.
Dia menjelaskan bahwa industri pembiayaan akan terus membantu denyut perekonomian masyarakat dengan menjaga kreditnya. Misalnya, melalui kredit kendaraan bermotor yang tetap berjalan, masyarakat dapat tetap memperoleh penghasilan di tengah tekanan perekonomian akibat virus corona.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel