Konten Premium

Ketika Resesi Membawa Inggris ke Titik Nadir

Bisnis.com,13 Agt 2020, 14:10 WIB
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Petunjuk harga terpampang di gerai pakaian di Petticoat Street di London, Inggris, pada Rabu, 12 Agustus 2020. Simon Dawson/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Suram betul nasib Kate Treglown (44). Pengalaman 16 tahun bekerja di bidang periklanan rupanya tak cukup untuk menjamin warga Walthamstow, London tersebut tak kehilangan pekerjaannya. Dia kena PHK oleh kantornya setelah berpekan-pekan dirumahkan.

“Ada pekerjaan. Ada lowongan. Tapi ketika saya melihatnya di LinkedIn, setiap pekerjaan pasti punya ratusan pelamar dan kompetisi sangat ketat. Saya pikir perempuan membawa beban lebih berat saat pandemi ini terkait pengasuhan anak, bekerja maupun tidak. Itu membuat saya sempat depresi,” tuturnya seperti diwartakan BBC, seperi dikutip Kamis (13/8/2020)

Kate hanyalah bagian kecil. Badan Statistik Nasional Inggris mencatat sepanjang April-Juni 2020 ada 220.000 pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di perusahaan-perusahaan Inggris. Kondisi ini diakui Perdana Menteri Boris Johnson bakal menyulitkan kerja pemerintah dalam beberapa bulan ke depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

  Konten Premium

Anda sedang membaca Konten Premium

Silakan daftar GRATIS atau LOGIN untuk melanjutkan membaca artikel ini.

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yustinus Andri DP
Terkini