Pacu Bisnis Internasional di 6 Kantor Cabang, BNI Go Global untuk Indonesia

Bisnis.com,14 Agt 2020, 13:21 WIB
Penulis: Ropesta Sitorus
Gedung BNI di Jakarta/dokumen BNI

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. menegaskan tetap menjadi pemain utama bisnis perdagangan internasional dan international payment dalam industri perbankan di Indonesia.

Penegasan ini cukup beralasan, mengingat BNI memiliki enam kantor cabang luar negeri (KCLN) di pusat bisnis Internasional, yakni di Singapura, Hong Kong, Tokyo, Seoul, London, dan New York, serta satu sub branch di Osaka. Hal ini sebagai bukti #BUMNGoGlobal dan mampu bersaing di kancah internasional.

Keberadaan kantor cabang itu tidak sekadar memberikan keunggulan terhadap bisnis International Banking BNI, tapi juga berkontribusi secara signifikan terhadap laba bersih perseroan dari bisnis internasional selama 2019, yang tumbuh 84,6% year on year (yoy).

Pemimpin BNI KCLN London Bani Iqbal menuturkan, di kota tersebut BNI berfokus melayani aktivitas pebisnis Indonesia di Inggris, baik eksportir maupun importir, dan pengusaha Inggris di Indonesia.

BNI KCLN London tidak hanya memfasilitasi dari sisi pembiayaan, tapi juga advisory. Hal itu termasuk membantu pebisnis Indonesia yang ingin mendirikan perusahaan di London, seperti memberikan jaringan yang dimiliki dan menyiapkan pengacara serta akuntan.

“Fasilitas kami tidak hanya dari sisi pembiayaan, tapi juga asistensi advisory. Misalkan saja ada nasabah Jakarta yang salah satu unit usahanya ingin trading komoditas di pasar Eropa, lantas hendak membuka perusahaan di London, jadi kami bantu itu,” ujar Iqbal dalam keterangan resmi, Jumat (14/8/2020).

Pelayanan lain di BNI KCLN London, yang berlokasi di 30 King Street, juga mencakup loan, baik corporate loan maupun syndicated loan, trade finance, treasury,dan remitansi. Semua pelayanan tersebut dapat membantu Indonesia meningkatkan ekspor.

Iqbal menjelaskan soal keunikan London dan Eropa, yakni adanya fasilitas export trade agency (ECA). Untuk itu, BNI KCLN London menjalin kerja sama dengan ECA sejak tiga tahun lalu agar fasilitas ini dapat dimanfaatkan pelaku usaha di Tanah Air. Lembaga ECA ini bisa memberikan garansi hingga 85% dan fungsinya mirip dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor di Indonesia.

Dengan berbagai pendekatan tersebut, BNI KCLN London mencatatkan pertumbuhan kinerja. Pada 2019, aset BNI KCLN London tumbuh 16,4% di atas rata-rata industri, total loan tumbuh 42,3%, total funding tumbuh 16,2%, dan net profit juga tumbuh 78,9%.

Sementara itu, sekitar 40 ribu warga negara Indonesia yang bekerja di berbagai bidang di Korea Selatan menjadi pasar potensial bagi BNI, yang merupakan satu-satunya bank asal Indonesia di Negeri Ginseng.

“Salah satu bisnis kami adalah mengoptimalisasi diaspora Indonesia yang ada di Korea,” ujar pemimpin BNI KCLN Seoul  Anisfu.

Kaum milenial mendominasi jumlah pekerja migran Indonesia di Korea Selatan dengan rata-rata usia 30 tahun dan pendapatan Rp20 juta hingga Rp25 juta per bulan. Mereka lebih gadget minded. Karena itu, pelayanan perbankan digital menjadi keharusan.

Dari sisi remitansi, para pekerja migran Indonesia di Korea Selatan itu merupakan market yang sangat potensial. Maka BNI KCLN Seoul menggunakan strategi menyesuaikan diri dengan kebutuhan konsumen.

Sebagai antisipasi, BNI KCLN Seoul melakukan migrasi transaksi ke digital dan aplikasi sejak 2017. BNI KCLN Seoul juga telah bekerja sama dengan dua perusahaan fintech sejak 2018. Pada tahun yang sama, BNI KCLN Seoul bekerja sama dengan beberapa perusahaan smart card di Korea Selatan merilis remittance card.

Remittance card ini dapat digunakan untuk berbelanja atau top up di semua cabang bank lokal,” kata Anisfu.

Strategi itu menyebabkan perubahan yang signifikan dalam transaksi nasabah BNI KCLN Seoul. Berdasarkan data BNI KCLN Seoul, migrasi ke pelayanan digital dan aplikasi pada periode 2019-2020 telah menyebabkan kenaikan transaksi hingga mencapai 500% I.

“Terjadi kenaikan yang signifikan. Mereka tidak lagi datang ke cabang, tapi sudah melakukan transaksi lewat aplikasi,” ujar Anisfu. “Untuk pembukaan rekening, kami sudah membukakan hampir 11.000 rekening rupiah.”

Dari New York, BNI mempunyai peran penting sebagai sumber funding dalam mata uang dolar Amerika Serikat. Kantor perwakilan yang berdiri di sana sejak 1978 juga berperan sebagai investor relation, mewakili BNI pusat di pasar global.

Pemimpin BNI Cabang New York Aidil Azhar menuturkan salah satu kelebihan BNI New York adalah menjadi anggota Fedwire sejak 2018. Fedwire merupakan fasilitas kliring lokal pada bank sentral Amerika Serikat, yakni The Federal Reserve.

Sebagai anggota, BNI New York dapat memproses transaksi payment secara langsung tanpa perlu ke bank koresponden. Transaksi payment tersebut berupa commercial payment, baik dalam bentuk remittance, trade finance, maupun bank to bank payment, terkait dengan pelayanan treasury.

“BNI New York merupakan salah satu bank Indonesia pertama yang menjadi member Fedwire sehingga dapat menawarkan pelayanan transaksi bank koresponden ke bank-bank komersial di Indonesia. Bank-bank BUKU II atau III di Indonesia yang berstatus devisa dapat kami layani untuk bertransaksi dengan dolar AS. Biasanya mereka membuka rekening di BNI New York dalam bentuk dolar AS,” ujar Aidil.

BNI KCLN New York, sebagai office networks, juga mendapat mandat menjadi jembatan Indonesia dan dunia. Itulah sebabnya BNI KCLN New York berfokus pada berbagai bisnis yang terkait dengan Indonesia.

“Kami di New York ini diharapkan bisa memberikan bantuan kepada pebisnis lokal yang akan bertransaksi dengan Indonesia, ataupun pebisnis Indonesia yang ingin go international atau memasarkan produknya di pasar internasional,” kata dia.

Terkait dengan fungsinya sebagai sumber pendanaan berdenominasi dolar Amerika Serikat, BNI KCLN New York sejak 2020 menciptakan inisiatif baru, yakni meluncurkan program Certificate of Deposit (CD). Program global CD ini maksimum sebesar US$1 miliar dan berlaku selama dua tahun.   

“Sampai Juli 2020, BNI KCLN New York sudah menerbitkan CD senilai US$600 juta. Masih ada sisa US$400 juta dari target program kami yang sebesar US$1 miliar,“ ujarnya.

Penerbitan CD berdasarkan kebutuhan, kapan dibutuhkan, dan pihaknya akan segera menerbitkan. “Tenornya bisa satu bulan, tiga bulan, enam bulan, sembilan bulan, sampai satu tahun,” kata Aidil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ropesta Sitorus
Terkini